Makalah evaluasi pendidikan ini penulis susun pada awal semester 5, membahas penilaian ranah afekstif atau akhlak, Semoga bermanfaat...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Arab, evaluasi hasil belajar merupakan salah satu
aspek pokok yang tidak dapat dipisahkan dari aspek pokok lainnya. Evaluasi
adalah bagian integral dari pembelajaran. Semua kegiatan tersebut merupakan
satu kesatuan yang akan menentukan suksesnya sebuah pembelajaran, dalam sasaran
evaluasi ada tiga aspek yang dinilai, pertama ranah kognitif, kedua ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Oleh karena itu perlu kita memahami bagaimana
penilaian aspek-aspek tersebut, namun dalam makalah ini hanya terbatas pada
ranah afektif
.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penilaian kompetensi
sikap (ranah afektif) dan bentuk instrumen non tes bahasa arab?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memahami Bagaimana penilaian kompetensi sikap (ranah
afektif) dan bentuk instrumen non tes bahasa arab
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penilaian
Kompetensi Sikap (Ranah Afektif)
Penilaian (judgement atau
valuing) adalah suatu
proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes, atau
penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran yang
bersifat kualitatif.Hasil penilaian biasanya digunakan sebagai dasar untuk
menentukan perlakuan selanjutnya
Ranah
afektif (الناحية الوقفية berkenaan dengan
sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif yang
tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru.
Para guru banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan social..
Selain
itu ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku; seperti: perhatiannya terhadap pelajaran pendidikan
islam , kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama disekolah.
Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi
bagian integral dari bahan tersebut, dan harus trampak dalam proses
belajar dan hasil belajar yang dicapai
siswa, oleh karena itu penting dinilai hasil-hasilnya.
Ada
beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari
tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek.
1.
Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa
dalam bentuk masalah, situasi, gelaja, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulasi, control, dan seleksi gejala atau rangsangan
dari luar.
Kata-kata kerja operasional untuk merumuskan yang mengukur jenjang kemampuan
dalam ranah afektif adalah: Menerima (receiving), menanyakan, menjawab,
membuat, memilih, mengidentifikasikan, mengikuti, menyeleksi, menggunakan dan
sebagainya.
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini : peserta
didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin
harus disingkirkan.
2.
Responding atau jawaban,
yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari
luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepadanya.. kata
kerja operasional yang digunakan : menjawab, melakukan, menulis, berbuat,
menceritakan, membantu, mendiskusikan, melaksanakan, mengemukakan,melaporkan,
dan sebagainya.
Contoh hasil belajar ranah afektif
jenjang responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari
lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, penguasaan bahasa arab.
3.
Valuing
(penilaian), jenjang
ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
Dalam stimulus ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar
belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut..
kata kerja yang digunakan: menerangkan, membedakan, memilih, mempelajari,
mengusulkan,menggambar, menggabung, mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca,
dsb.
Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah
tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin,
baik disekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
4.
Organisasi,
yakni perkembangan dari nilai kedalam satu system organisasi, termasuk hubungan
satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi adalah konsep tentang nilai,
organisasi tentang nilai, organisai system nilai, dll.. Kata
kerja operasional: mengorganisasi, menyiapkan, mengatur, mengubah,
membandingkan, mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun,
memadukan,menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan, menyatukan,
mengenaralisasi.
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini adalah
mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
5.
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai,
yakni keterpaduan semua system nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya.. Kata
kerja operasiopnal : menggunakan, mempengaruhi,memodifikasi, mengusulkan,
menerapkan, memecahkan, bertindak, mendengarkan, mengusulkan,menyuruh,
membenarkan.
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini siswa
talah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah
yang tertera dalam al-Qur’an surah Al-ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal
yang menyangkut kedisiplinan.
Telah disebutkan diatas bahwa ranah
afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yakni receiving (menerima), responding
(menjawab), valuing (menilai), organization (organisasi), dan karakteristik.
B. Bentuk Instrumen Non Tes (Wasa’il gair al-Ikhtibariyah)
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui
untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik, minat, sifat, dan
kepribadian. Melalui :
1. Pengamatan (observasi) ((التأمل
Yakni alat penilaian yang pengisiannya
dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan atas perilaku siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas. Pada umumnya digunakan
untuk memperoleh data perilaku individu atau proses kegiatan tertentu yang
dapat diamati, misalnya tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah laku guru
pada saat mengajar, kegiatan diskusi siswa, dll.
2. Skala (skala penilaian, skala sikap)
Skala ini digunakan untuk mengukur
nilai, sikap, minat, dan perhatian, digunakan untuk mengungkap sikap siswa
melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya
nalar atau pendapat siswa. Untuk menilai aspek afektif biasa digunakan skala
sikap dan skala minat.
3. Catatan harian
Yaitu suatu catatan mengenai perilaku
siswa yang dipandang punya kaitan dengan perkembangan pribadinya, dan daftar
cek, yaitu suatu daftar yang digunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa
telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
4. Studi kasus
Mempelajari secara intensif seorang
individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu, misalanya mempelajari
secara khusus anak nakal, anak yang selalu gagal belajar, atau anak pandai,
dll.
5. Sosiometri
Dengan
tekhnik ini dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya
dengan siswa lain, misalnya diketahui siswa yang terisolir dari
teman-tameannya, siswa yang paling disenangi teman-temannya, siswa yang akrab
dengan beberapa siswa tertentu, manfaat mengatahui posisi tersebut adalah untuk
memudahkan pengelompokan siswa, organisasi kelas, pemberian tugas belajar
secara kelmpok, dll.
6. Wawancara ( (الحؤارdan
kuesionir/angket ( إستفتاء (
Digunakan
sebagai untuk mengetaui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan,
keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. Ada dua cara yang bias
kita lakukan, yakni bila pertanyaan diajukan kepada siswa dijawab secara lisan,
maka csara ini disebut wawancara, namun bila dijawab secara tertulis disebut
kuesionir.
Contoh pertanyaan :
Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?
Bagaiman
cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?, dst. Adapun
kuesionir lebih praktis, biasanya tersedia alternative jawaban.
Diantara contoh kuesioner adalah sebagai berikut :
Kuesioner bentuk pilihan ganda untuk mengungkapkan hasil belajar ranah
afektif (Kurikulum dan GBPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Tahun 1994)
1.
Terhadap teman-teman sekelas saya
yang rajin dan khusu’ dalam menjalankan ibadah sholat, saya :
a. Merasa
tidah harus meniru mereka.
b. Merasa
belum pernah memikirkan untuk sholat dengan rajin dan khusu’
c. Merasa
ingin seperti mereka, tetapi terasa masih sulit.
d. Sedang
berusaha agar saya rajin dan khusu’
e. Merasa
iri hati dan ingin seperti mereka
2.
……………. ………………dan
seterusnya………………………….
|
Instrumen untuk mengungkap aspek Afektif
Ada dua komponen afektif yang penting
untuk diukur yaitu sikap dan minat pada pembelajaran yang digunakan, hanya
sikap minat terhadap pelajaran, karena keduanya ini sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Sebagai contoh antara lain untuk mengungkap siswa dan minat
siswa terhadap pelajaran “Bahasa Arab” seperti dibawah ini. Contoh
instrument untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran Bahasa Arab:
Berilah tanda “dibawah
SS jika sangat setuju, S jika setuju, E jika ragu-agu, TS
jika tidak setuju dan STS jika sangat tidak setuju.
NO
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
E
|
TS
|
STS
|
1
|
Bahasa arab membuat
saya berfikir logis, sistematis dan tepat
|
|
|
|
|
|
2
|
Saya tertarik dengan
masalah-masalah yang berhubungan dengan bahasa arab
|
|
|
|
|
|
3
|
Bahasa arab adalah
pelajaran yang menyenangkan
|
|
|
|
|
|
Contoh soal utnuk
mengungkap minat siswa terhadap pelajaran bahasa arab
Berilah tanda “dibawah
SS jika sangat setuju, S jika setuju, E jika ragu-agu, TS
jika tidak setuju dan STS jika sangat tidak setuju.
NO
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
E
|
TS
|
STS
|
1
|
Dalam waktu senggang
saya mengerjakan permainan bahasa arab
|
|
|
|
|
|
2
|
Saya merasa pelajaran
bahasa arab menyenangkan
|
|
|
|
|
|
3
|
Waktu belajar yang
tersedia hampir sebagian besar saya gunakan untuk belajar bahasa arab
|
|
|
|
|
|
Contoh selanjutnya:
Petunjuk:
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan tentang
bagaimana kepuasan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu.
Silahkan anda memberi lingkaran pada alternative jawaban yang telah disediakan.
1. Berapa
besar antusiasme anda terhadap mata pelajaran bahasa arab?
a. Saya
benci terhadap mata pelajaran bahasa arab.
b. Saya
sangat antusias.
c. Saya
tidak menyukainya.
d. Saya
menyukainya.
e. Sedang-sedang
saja.
2. Bagaimana
pendapat anda tentang mata pelajaran bahasa arab?
a. Saya
akan memilih bahasa asing yang lain.
b. Saya
ingin pindah sekolah.
c. Saya
ingin pindah sekolah jika saya memperoleh prestasi kurang baik.
d. Saya
senang dengan pelajaran bahasa arab.
3. Bagaimana
perasaan anda terhadap mata pelajaran bahasa arab jika dibandingkan dengan
perasaan orang lain?
a. Tidak
seorangpun yang menyenanginya lebih daripada saya.
b. Saya
lebih menyenanginya daripada orang lain.
c. Saya
menyenanginya sama seperti orang lain.
d. Saya
tidak menyenanginya sama seperti orang lain.
e. Tidak
seorangpun yang menyenanginya.
Komponen non tes yang digunakan untuk
mengungkap aspek afektif juga
mempunyai andil dalam menentukan
keberhasilan siswa, siswa yang mempunyai sikap positif terhadap pelajaran yang
dipelajari akan mempengaruhi hasil belajar, sehingga prestasi belajar siswa
meningkat, sebaliknya bila sikap siswa terhadap pelajaran negatif akan
mengakibatkan prestasi belajar akan menurun.
Pengukuran
afektif
Penskoran ranah afektif umumnya dibuat
dalam bentuk skala bertingkat, misalnya dengan rentang 5-1 atau 1-5 tergantung
arah pernyataan/pertanyaan. Misalnya jawaban sangat setuju diberi skor 5,
sedangkan sangat tidak setuju 1, skor keseluruhannya diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan.
Jika pertanyaan itu berjumlah 10 butir,
kemungkinan skor tertinggi seorang siswa adalah 50 (5x10) dan terendah (1x10).
Jika ditafsirkan ke dalam lima kategori seperi pernyataan yang diberikan, skor
10 berarti sangat tidak senang, 11-20 kurang senang, 21-30 biasa-biasa saja,
31-40 senang, 41-50 sangat senang.
Pemberian skor untuk ranah afektif
umumnya menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5, berarti bila menggunakan
20 butir pernyataan/pertanyaan maka akan dihasilkan skor maksimum 100 dan skor minimum 20.
Bila
digunakan kategori sebagai berikut:
Skor
|
Kriteria
|
0-20
|
Tidak berminat
|
20-40
|
Kurang berminat
|
41-60
|
Cukup berminat
|
61-80
|
Berminat
|
81-100
|
Sangat berminat
|
Apabila
seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan dengan sikap siswa
terhadap mata pelajaran bahasa arab memperoleh skor 90, berarti siswa tersebut
sangat berminat terhadap pelajaran bahasa arab.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian diatas
bahwa penilaian kompetensi sikap (Ranah afektif) adalah penilaian yang berkenaan dengan sikap
dan nilai, adapun hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku.
Dan ada beberapa jenjang kemampuan dalam ranah ini, yakni
receiving (menerima), responding (menjawab), valuing (menilai), organization (organisasi),
dan karakteristik. Cara penilaiannya dapat digunakan bentuk instrumen non tes
berupa observasi, skala sikap, catatan harian, studi kasus, sosiometri, wawancara,
dan kuesionir, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudjana,
Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fakhrurrazi,
Aziz dan Erta Mahyudin.2012. Pembelajaran Bahasa Arab.Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
Sudjono, Anas.
1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arifin,Zaenal.2009.
Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Asep Jihad Dan Abdul Haris, 2012. Evaluasi Pembelajran, Yogyakarta:
Multi Pressindo.
Ramli, Muhammad, 2007. Evaluasi Pendidikan, (Banjarmasin)