Makalah ini di sajikan dalam mata kuliah metode penelitian pada semester 5 yang beranggotakan:
Eka
Cahya Putriana (1401230663)
Norizatil
Hasanah (1401230674)
Akhmad
Renaldi (1401230697)
Nur
Rahmah (1401230673)
Hariyadi
(1401230701)
Semoga bermanfaat...
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu
dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah penelitian, oleh karena itu, banyak
dosen ataupun mahasiswa yang melakukan penelitian dalam pendidikan. Penelitian
itu ada yang bersifat mandiri maupun yang bersifat proyek. Banyak kita
lihat penelitian para dosen maupun mahasiswa dilaksanakan dilaboraterium,
kelas, bahkan terjun langsung ke lapangan.
Penelitian
dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk menguji
jawaban-jawaban sementara ( hipotesis) tentang permasalahan yang diteliti
melalui pengukuran yang cermat terhadap fakta-fakta secara empiris konsep
penelitian tersebut lambat laun dapat pula diterima atau diterapkan dalam ilmu-ilmu
sosial sekalipun pengukurannya dalam ilmu-ilmu kealaman.
Penelitian
pendidikan hendaknya dilaksanakan secara sitematis, logis, dan secara
berencana. Secara sistematis artinya berdasarkan pola dan teknik tertentu serta
sesuai dengan aturan-aturan ilmiah dalam penelitian pada umumnya. Logis atrinya
dilaksanakan berdasarkan logika berfikir ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah
pemecahan masalah dan prinsip- prinsip teori penelitian. Sedangkan secara
berencana, yaitu betul- betul direncanakan secara sengaja tentang apa
yang akan diteliti, bagaimana cara meneliti, kapan diadakan penelitian, siapa
yang menelitinya, mengapa hal itu diteliti, dimana tempat atau lokasinya
penelitian, dan sebagainya.
Atas
uraian diatas bahwa penelitian itu penting dan dilaksanakan denga menggunakan
kaidah atau aturan yang berlaku serta di buat dengan sistematis, maka dari
penulis perlu membahasnya dalam makalah ini, dan penulis hanya membatasi pada
pembahasan berkenaan dengan menentukan dan menyususn serta cara pengumpulan
data.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode dan instrument?
2. Apa saja jenis-jenis metode atau instrument pengumpulan data?
3. Bagaimana menentukan metode dan instrument?
4. Seperti apakah pengadaan instrument, keampuhan instrument, kekeliruan
dalam menguji instrument, dan penyediaan tolok ukur?
5. Apa arti pengumpulan data?
6. Bagaimana penggunaan metode tes, penggunaan kuesioner, angket,
metode interview, observasi dan, dokumentasi?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan metode
dan instrument.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis metode atau instrument pengumpulan data.
3. Mengetahui cara menentukan metode dan instrument.
4. Memahami pengadaan instrument, keampuhan instrument, kekeliruan
dalam menguji instrument, dan penyediaan tolok ukur..
5. Mengetahui arti pengumpulan data.
6. Mengetahui bagaimana penggunaan metode tes, penggunaan kuesioner,
angket, metode interview, observasi dan, dokumentasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Metode dan Instrumen
Apabila kita katakan bahwa untuk untuk memperoleh data kita gunakan
metode wawancara, maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini,
pewawancara menggunakan alat bantu, secara minimal alat bantu itu berupa
ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis
untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer itu disebut pedoman
wawancara, oleh karena pedoman wawancara ini alat bantu, maka disebut
instrument pengumpulan data, dengan demikian dalam menggunakan metode
wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara. Untuk beberapa metode
kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan nama metodenya:
Ø Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
Ø Instrument metode angket atau kuesionir adalah angket atau
kuesionir
Ø Untuk metode observasi adalah check list
Ø Untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau juga check
list.[1]
Jadi metode adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Sedangkan
instrument adalah alat atau fasilitas dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
B.
Jenis-Jenis Metode atau Instrument Pengumpulan Data
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan intrumen pengumpulan data
sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Dan secara garis
besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu: tes dan non tes.
1.
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelengenci atau kemampuan bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Ditinjau
dari sasaran atau objek yang akan di evaluasi
a.
Tes
kepribadian atau personality, yaitu tes untuk mengungkap kepribadian seseorang.
Yang di ukur kreativitas, disiplin, kemampuan khusus.
b.
Tes
bakat, untuk mengetahui bakat seseorang
c.
Tes
intelegenci, untuk mengukur tingkat intelektual seseorang
d.
Tes
sikap atau biasa disebut skala sikap, yaitu untuk mengukur sikap seseorang
e.
Tekhnik
proyeksi
f.
Tes
minat, yaitu untuk menggali minat seseorang
g.
Tes
prestasi, yaitu untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.[2]
2.
Angket
Angket atau
kuesioner merupakan salah satu tehnik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung. Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspond oleh
responded.[3]
Karena angket dijawab dan diisi sendiri
oleh responded dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responded,
maka dalam penyusunan angket perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan pengantar dan
petunjuk pengisian
2. Butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan
kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu panjang dan
tidak beranak –cucu.
3. Untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur
disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respond dari responded
secukupnya.
a.
Dipandang dari cara menjawab, kuisionir ada dua:
1.
Kuesionir
terbuka, responden menjawab dengan kalimatnya sendiri
2.
Kusionir
tertutup, sudah ada jawaban, responden tinggal memilih
b.
Dipandang dari jawaban yang diberikan:
1.
Kuesionir
langsung, responden menjawab tentang dirinya
2.
Kuesionir
tidak langsung, responden menjawab tentang orang lain
c.
Dipandang dari bentuknya:
1.
Kuesionir
pilihan ganda/tertutup
2.
Kuesionir
esian/terbuka
3.
Check
list
4.
Rating
scale (skala bertingkat) misal dari tingakt setuju sampai sangat tidak setuju.
Keuntungan kuesionir:
a.
Tidak
memerlukan hadirnya peneliti
b.
Bisa
dibagikan serentak kepada banyak responden
Kelemahan kuesionir:
a.
Responding
sering tidak telitiddalam menjawab
b.
Sukar
dicari validitasnya
c.
Sering
tidak kembali, terutama bila dikirim lewat pos.
Agar responden merasa dihargai maka perlu memberikan surat
pengantar yang berisi:
1.
Alamat
lengkap dan jabatan responden
2.
Tujuan
mengadakan penelitian
3.
Pentignya
penelitian dilakukan
4.
Waktu
pengisian angket
5.
Ucapan
terimaksih
6.
Tanda
tangan, nam jelas, dan tanggal pengiriman.[4]
3.
Interviu/Wawancara
Wawancara (interview) merupakan
salah satu bentuk tehnik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
penelitian deskriftif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka seacara individual.
Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya
untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan suatu keluarga,
pengurus yayasan pembina pramuka, dll.[5]
Sebelum
melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang
disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspond oleh
responded. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data,
pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responded berkenaan
dengan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam
penelitian.
Ditinjau
dari pelaksanaanya, maka dibedakan atas:
a.
Interviu
bebas, yakni pewwawancara bebas menanyakan apa saja
b.
Interviu
terpimpin, yakni menggunakan sederetan pertanyaaan lengkap dan terperinci.
c.
Interviu
bebas terpimpin, yakni kombinasi keduanya.[6]
4. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa sehingga observasi objek yang diselidiki, disebut
observasi langsung. Sedang observasi tidak langung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa
tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian photo. Hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh orang yang melakukan observasi (observer) agar
penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara efektif berikut ini :
a. Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diobservasi.
b. Pemahaman tujuan umum dan khusus penelitian yang dilaksanakannya.
c. Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
d. Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati, apakah dengan
mempergunakan skala tertentu atau sekedar mencatat frekuensi munculnya gejala
tanpa klasifikasi tingkatannya. Sehingga perumusan dengan tegas dan jelas
ciri-ciri setiap kategori sangatlah perlu.
e. Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis,
maksudnya diusahakan agar tidak ada satupun gejala yang lepas dari pengamatan.
f. Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi.
g. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat
hasil observasi berikut ini:
-
Catatan anekdot (anecdotal record)
-
Catatan berkala (insidental record)
-
Daftar cek (check list)
-
Skala nilai (rating scale)
-
Peralatan mekanis (mechanical device)
Pelaksanaan teknik observasi dapat dilakukan
dalam beberapa cara. Penentuan dan pemilihan cara tersebut sangat tergantung
pada situasi objek yang akan diamati berikut ini:
a. Observasi partisipan dan observasi non partisipan.
Observasi partisipan adalah suatu proses
pengamatan bagian dalam dilakukan observer dengan ikut mengambil bagian dalam
kehidupan orang-orang yang akan diobservasi. Observer berlaku sungguh-sungguh
seperti anggota kelompok yang akan diobservasi. Sebaliknya, observer yang hanya
melakukan pura-pura berpartisipasi dalamkehidupan orang yang akan diobservasi,
observasi tersebut dinamakan quasi partisipasi. Apabila observer tidak ikut
dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku
pengamat, hal itu disebut observasi non partisipan.
b. Observasi sistematik dan observasi non sistematik.
Observasi sistematik adalah observasi yang
diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik, faktor-faktor yang akan
diobservasi lengkap dengan kategorinya. Dengan kata lain wilayah atau ruang
lingkup observasi telah dibatasi secara tegas sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian. Sebaliknya observasi yang dilakukan tanpa terlebih dahulu
mempersiapkan dan membatasi kerangka yang akan diamati, disebut observasi non
sistematik.[7]
5.
Dokumenter
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter. Dalam penelitian
kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena
pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui
pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang
menolong hipotesis tersebut. Sedang dalam penelitian kuantitatif teknik ini
berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di
dalam kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.[8]
6. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan
data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber
data.
Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan ke dalam:
a. Teknik komunikasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan interviu sebagai alatnya,
b. Teknik komunikasi tidak langsung, yaitu teknik pengumpul data dengan
mempergunakan angket atau kuesioner sebagai alatnya.
7. Teknik Pengukuran
Alat pengumpul data berikutnya yang bermaksud
mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif adalah teknik pengukuran. Alat-alat
pengukuran tersebut dapat disebutkan berikut ini:
a. Tes : seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yan
dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok bagi tes
adalah validitas dan reliabilitas. Dua jenis tes yang sering dipergunakan
sebagai alat pengukur adalah tes lisan dan tes tertulis.
b. Daftar inventori kepribadian : daftar ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian dari
objek penelitian. Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam
pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk
menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka,
dengan jalan memebri tanda cek pada jawaban ya, tidak, atau tidak tahu. Skor
dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur
oleh peneliti.
c. Teknik Proyektif: ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang memberikan
respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak tersusun, teknik
ini disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memproyeksikan kebutuhan,
keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri ke dalam stimulus tersebut. Peneliti
kemudian, mencoba menyusun suatu gambaran menyeluruh tentang kepribadian orang
tersebut berdasarkan penafsiran dan tanggapan subjek terhadap stimulus. Teknik
proyektif banyak digunakan oleh para ahli ilmu jiwa klinis untuk mempelajari
dan menetapkan diagnosa orang yang mendapat gangguan emosional.
d. Skala : seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek
atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasa digunakan untuk
mengukur sifat nilai-nilai dan minat. Macam skala ada empat, yaitu:
1) Summanted rating scale atau skala libert
2) Equal appearing intervals atau skala thurstone
3) Guttman scale atau skala Guttman
4) Cumulative scales atau skala perbedaan makna dari Osgood
e. Teknik Sosiometris : dipakai untuk mempelajari organisasi kelompok-kelompok
kecil. Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan kepada para anggota suatu
kelompok untuk menunjuk pilihan mereka
yang pertama, kedua, dan seterusnya menurut kriteria tertentu.
f. Teknik Dokumenter : cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil
atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
disebut teknik dokumenter atau studi dokumenter. Dalam penelitian kualitatif
teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian
hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori
atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis
tersebut. Sedang dalam penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi untuk
menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam kerangka atau
landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.[9]
C.
Penentuan Metode Dan Instrument
Pemilihan metode dan instrument
penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal: yaitu, objek penelitian, sumber
data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan tekhnik yang
akan digunakan untuk mengolah data bila sudah terkumpul. Mungkin saja seseorang
ingin sekali mengguakan metode wawancara untuk mengumpulkan data tetapi karena
waktu yang tersedia sempit, lalu menggunakan angket. Demikian pula mungkin peneliti
ingin menggunakan metode pangamatan memerlukan waktu yang lama dan keterempilan
yang memadai.
Selanjutnya secara garis besar,
pemilihan metode dan instrum,en pengumpulan data dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain:
1.
Tujuan
penelitian
2.
Sampel
penelitian, bila sampel besar, tentu tidak bisa menggunakn angket atau
observasi, angket yang lebih cocok.
3.
Lokasi,
bila lokasinya luas cocok dengan kuesionir
4.
Pelaksana,
bila cukup banyak pelaksanaannya dan responden sedikit, cocok dengan wawancara/
observasi
5.
Biaya
dan waktu
6.
Data,
bila ingin mengorek pendapat yang lebih dalam maka gunakan wawancara.[10]
D.
Pengadaan instrumen
Apabila tersedia instrument yang
standar, maka peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data,
beberapa instrument yang sudah standar anatara lain: tes intelegensi, tes
minat, tes kemampuan dasar/bakat, tes
kepribadian, dan beberapa tes prestasi belajar.
Bagi instrument yang beu ada di lembaga pengukuran dan penelitian,
maka peneliti harus menyusun sendiri, dengan prosedur sebagai berikut:
1.
Perencanaan,
yakni meliputi perumusan tujuan, menetukan variable, kategori variable.
2.
Penulisan
butir soal, atau itemkuesionir, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
3.
Penyuntingan,
yajni melengkapi instrument dengan pedoman kunci jawaban, dan lain-lain.
4.
Uji
coba, baik dalam skal kecil atau besar
5.
Penganalisaan
hasil, analisis item, dll
6.
Mengadakan
revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik.[11]
E.
Keampuhan Instrumen
Instrument yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan
reliable
a.
Valid
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrument. Sebuah
instrument dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat
mengungakap data dari variable yang diteliti secara tepat. Untuk memperoleh
instrument yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunan,
dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan instrument.
Ada dua validitas sesuai dengan cara pengujiannya:
1.
Validitas
eksternal
Data
yang dihasilkan dari instrument itu sesuai dengan data atau informasi lain yang
mengenai variable penelitian yang dimaksud.
2.
Validits
internal
Dicapai
terdapat kesesuian antara bagian-bagian instrument dengan instrumen
keseluruahan.
b.
Reliabilitas
Menunjuk pada satu pengertian bahwa
sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data
Karen instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dipercaya yang reliable
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Jadi reliabel artinya dapat
dipercaya, jadi dapat di andalkan. Walaupun beberapa kali di ambil akan tetap
sama.
Ada dua reliabilitas yakni reliabilitas eksternal dan internal.
F.
Kekeliruan Dalam Menguji Instrument
Sering
mahasiswa keliru menguji keterandalan instrument, kekeliruan berpangkal dari
kesalahan menyamakan instruemn angket dengan prestasi belajar. Padahal angket
adalah untuk mengetahu pendapat atau fakta, bukan pengukur kemampuan.
G.
Penyediaan Tolok Ukur
Tolok ukur atua kriteria penilaian
data merupakan sesuatu yang penting sebelum peneliti bertolok mengumpulkan
lapangan. Manfaat tolok ukur:
1.
Untuk
menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak terpengaruh factor subjektif
2.
Untuk
menjaga kestabilan data
3.
Untuk
mempermudah peneliti dalam mengolah data.
contoh untuk
menilai angket murid:
1.
Identitas
murid tidak dinilai tetapi dicatat:
a.
Nama
murid
b.
Jenis
kelamid
c.
Umur
2.
Kepandaian
tidak dinilai tetapi hanya dicatat:
a.
Rata-rata
nilai
b.
Nilai
bahasa Indonesia dan Frekuensi tidak naik kelas
H. Menyusun Instrumen Penelitian
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila
banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui
intrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya.
Data yang salah atau yang tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan
peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik peneliti bisa keliru. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian,
antara lain :
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas
spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan
digunakan.
2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui
terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa,
sistematika item dalam instrumen penelitian.
3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik
dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya.
4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga
peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah
penelitian.
5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang
diperlukan.[12]
Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh
dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian
sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data
yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat
menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang
berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan
pengamatan lapangan..
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel/subvariabel/indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur
oleh satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
3. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay
out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang
diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau
lingkup materi pertanyaan didasarkan dariindikator variabel. Artinya setiap
indikator akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta
abilitas yang diukurnya.
4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan
sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasany.[13]
BAB
IV
PENGUMPULAN
DATA
A.
Pengertian Pengumpulan Data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan
penting di dalam langkah penelitian, akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih
penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup
besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Dalam bukunya Sukardi ada
empat media untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian, keempat media
tersebut penggunaannya dapat dipilih satu macam, atau gabuangan antara dua
media tersebut, tergantung amcam data yang diharapkan oleh para peneliti.
keempat media yang mahsyur itu diantaranya adalah kuesionir, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Mwskipun masih banyak media lainnya lagi.[14]
B.
Penggunaan Tes
Untuk manusia, instrumen yang berupa
tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau
prestasi. tes untuk mengukur intelegensi, tes minat, tes bakat khusus.
untuk
mengurangi varians kesalahan atau bias yang diperoleh tes, maka:
1.
memberi
kesempatan berlatih kepada tester
2.
menggunakan
tes lebih dari satu orang, lalu hasilnya dibandingkan
3.
melengkapi
insrumen tes dengan manual(pedoman pelaksanaan selengkap dan sejelas mungkin
4.
menciptakan
situsi tes sedemikian rupa sehingga membantu taster tidak mudah terganggu oleh
lingkungan
5.
memilih
situasi tes sebaik-baiknya misalnya bukanmalam minggu
6.
perlu
menciptakan kerja sama yang baik dan rasa saling percaya antara tester dengan
tester
7.
menetukan
waktu untuk mengerjakan tes secara cepat
8.
memperoleh
izin dari atasan
C.
Penggunaan Kuesionir Atau Angket
Kuesionir memang metode yang dipilih
untuk mengumpulkan data karena ia mempunyai banyak kebaikan, asal cara dan
pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian, diantara
prosedur itu adalah:
1.
merusmuskan
tujuan yang akan dicapai dengan kuesionir
2.
mengidentifikasi
variabel yang akan dijadikan kuesionir
3.
menjabarklan
setiap variabel menjadi subvariabel yang lebih spesisfik dan tunggal
4.
menentukan
jenis data yang akan dikumpulkan.
D.
Penggunaan Metode Interview
Sebelum melaksanakan wawancara para
peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara
(interview guide). pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
meminta untuk dijawab atau direspond oleh responded. isi pertanyaan atau
pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi,
atau evaluasi responded berkenaan dengan dengan fokus masalah atau
variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.
secara
garis besar ada dua macam pedoman wawancara:
1.
pedoman
wawancara tidak terstruktur, yakni hanya memuat garis besar dari yang ingin
dinyatakan, kreativitas pewawancara sangat diperlukan.
2.
pedoman
wawancara terstruktur, yakni disusun secara rinci sehingga menyerupai check
list jadi pewawancara tinggal membubuhi tanda cek.
untuk
itu perlu latihan untuk pewawancara seperti:
1.
pewawancara
mempelajari pedoman wawancara dan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi
wawancara.
2.
calon
pewawancara di latih bagaimana menjadi pewawancara yang baik, bagaimana datang,
membuka percakapan, mengemukakan maksud, dll
E.
Penggunaan Metode Observasi
Dalam menggunakan metode observasi
cara yang paling efektif adalah melengkapi denga format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen. untuk itu perlu latihan pengamat dengan melalui dua tahap:
1.
mendiskusikan
format observasi, memahami apa yang haraus diamati dan bagaimana cara membuat
catatan.
2.
latihan
mengamati sekaligus mencatat, kegiatan ini berupa simulasi.
dalam melatih penagmatan ini dapat juga dilakukan sebagai berikut:
1.
dua-tiga
orang pengamat memegang satu lembar format, mengamati kejadian lalu
merundingkannya
2.
melakukan
pencatatan dan mendiskusikannya
3.
setelah
mendapatkan kesamaan hasil lalu mendiskusikannya
4.
mencari
koefisin kesamaan kesepakatan dan keajekan.
5.
mengulangi
lagi latihan dan diskusikan lagi ternyata koefisin tersebut masih rendah.
F.
Penggunaan Metode Dokmentasi
Metode di mana untuk mencari data
menganai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, ageda, dll. Dalam
menggunakan metode ini peneliti memegang chek list untuk mencari variabel yang
sudah ditentukan. apabila dapat variabel yang dicari maka tinggal memberi tanda
cek ditempat yang sesuai.[15]
Sebagai penutup pembahasan ini
secara penulis kemukakan hal-hal berikut ini:
Bahwa Alat pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian pendidikan meliputi : angket , skala pendapat
atau skala sikap, observasi, daftar check , skala penilaian, kartu skor,
analisis dokumen atau analisis isi, wawancara, tes psikologi dan inventori,
sosiogram, dan skala jarak sosial.
Berbagai penelitian menggunakan
hanya salah satu dari alat-alat tersebut. Penelitian-penelitian lainnya
menggunakan kombinasi beberapa alat pengumpulan data. Berapa pun alat yang
dipakai, hendaknya para peneliti ( atau calon peneliti) akrab dengan kekuatan
dan keterbatasan alat-alat itu, dan senantiasa berusaha mengembangkan
keterampilannya dalam menyusun dan menggunakannya secara efektif.
Analisis dan interprestasi data
menggambarkan penerapan cara berpikir deduktif dan induktif pada proses
penelitian. Data penelitian sering diklasifikasi dengan pembagian menjadi
sub-sub kelompok dan kemudian dianalisis dan di sintesis sedemikian rupa sehingga
hipotesisnya bisa diterima atau di tolak. Hasil finalnya mungkin berupa prinsip
baru atau generalisasi. Data diuji dipandang dari segi perbandingan antara
bagian-bagian yang lebih homogen di dalam keutuhan kelompok dan dengan
membandingkannya dengan berbagai kriteria luar.
Proses klasifikasi, pemilihan
(sorting) dan tabulasi data adalah bagian penting dalam proses penelitian.
Dalam berbagai penelitian, petode pemilahan dan tabulasi dengan alat-alat
mekanis digunakan utnuk menghemat waktu dan tenaga (dan juga untuk mengurangi
kesalahan). Yang paling umum, pemilahan dan tabulasi data dilakukan dengan
tangan manusia. Peneliti harus waspada terhadap keterbatasan-keterbatasan dan
sumber kesalahan yang “inheren” didalam proses analisis dan interprestasi data.
Apa sajakah
keterbatasan-keterbatasan dan sumber-sumber kesalahan didalam analisis dan
interprestasi data yang akan dapat menganam keberhasilan suatu penelitian ?
1.
Mengacaukan pernyataan dengan fakta
Kesalahan umum ialah mengacaukan “pendapat” dengan “fakta”. Apa
yang dikemukakan individu, mugnkin memang ungkapan jujur mengenai apaa yang dia
yakini merupakan fakta. Tetapi pernyataan itu tidak mesti benar. Banyak orang
yang jeli pengamatannya, tetapi juga cepat lupa. Tanggung jawab peneliti-lah
untuk menela’ah semua pernyataan sesempurna mungkin, sebelum pernyataan
tersebut diterima sebagai fakta.
2.
Mengabaikan keterbatasan
Tiap penelitian punya implikasi kelemahan atau keterbatasan tentang
kelompok situasi yang digambarkannya : besarnya, kadar representatifnya , dan
komposisinya. Lalai menyadaro keterbatasan-keterbatasan itu akan menyebabkan
formulasi generalisasinya tidak “dijamin” oleh data yang terkumpul.
3.
Tabulasinya ceroboh dan amatir
Bila orang dihadapkan dengan setumpuk data, maka kesalahan pun menghadang.
Menempatkan “jajar-lidi” pada kolom atau lajur yang salah (atau salah menjumlah
sederet skor) dapat menyebabkan lemahnya atau tidak validnya data yang
sebenarnya sudah dikumpulkan secara cermat. Kesalahannya sering dilakukan oleh
para pembantu peneliti ( yang hanya diberi tugas tulis-menulis) yang
kemampuannya sangat terbatas (dan perhaatiannya terhadap proyek penelitian
tersebut juga tidak beres).
4.
Prosedur statistiknya tidak tepat
Penggunaan prosedur statistik yang “salah pilih” akan menyebabkan kesimpulannya
tidak valid. Kesalahan ini boleh jadi disebabkan karena kurangnya pemahaman
terhadap statistik atau karena keterbatasan yang memng inheren dalam penerapan
suatu prosedur statistik tertentu.
5.
Kesalahan menghitung
Karena manipulasi data statistik sering melibatkan angka-angka yang
cukup besar, maka selalu ada saja peluang untuk melakukan kesalahan menghitung
(baca : kesalahan pengangka’an). Seorang insinyur, setelah menyaksikan jembatan
“buatan”nya hancur berantakan, berkata :”pasti saya telah salah menempatkan
satu abgka desimal”. Tidak ada cara untuk benar-benar meniadakan kekhilafan
manusia. Tetapi penggunaan alat tabulasi mekanis atau elektronik akan membantu
mengurangi kesalahan.
6.
Kesalahan logika
Kategori ini terletak pada pemikiran yang dimiliki oleh peneliti.
Asumsi yang lemah,analogi yang tidak tepat, pemutar balikan, sebab dengan
akibat mengacaukan hubunganbyang sederhana dengan “hubungan sebab akibat”, lupa
menyadari bahwa fenomana kelompok saja tidak bisa digunakan untuk memprediksi tingkah
laku atau tindakan individu, lupa mengakui bahwa keseluruh adalah lebih dari
jumlah bagian-bagiannya,yakin bahwa frekuensi yang muncul selalu merupakan
ukuran pentingnya, dan kesalahankesalahan lainnya adaalah
keterbatasan-keterbatasan bagi diporelehnya interprestasi yang akurat.
7.
Bias peneliti secara tidak disadari
Meskipun obyektivitas adalah tujuan akhir penelitian, tetapi hanya
beberapa gelintir manusia sajalah yang dapat mencapainya. Selalu ada “godaan”
besar untuk menghilangkan bukti yang tidak “menguntungkan” hipotesis dan
memberi tekanan berlebihan mepada data yang “menguntungkan” hipotesis. Peneliti
yang efektif selalu sadar akan perasaannya dan kemungkinan biasnta. Akan
tetapi, sangat perlulah berusaha keraas untuk menegakkan atau memelihara
obyektivitas
8.
Kurangnya imajinasi
Kualitas imajinassi kreatif, akan membedakan peneliti yang
sebenarnya, dengan pengumpul data. Pengetahun di bidang penelitian,
keterampilan dalam prosedur penelitian, pengalaman dan ketrampilan berpikir
logis adalah kualitas yang memungkinkan peneliti yang ahli dapat melihat
hubungan-hubungan yang luput dari perhatian penganalisis yang kurang ahli.
Kemampuan melihat semua implikasi didalam data inilah yang menghasilkan
penemuan-penemuan penting.[16]
BAB
IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data,
sedangkan instrument adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data
itu. Metode pengumpulan data : tes, angket atau kuesionir, observasi,
wawancara, skala bertingkat, dokumentasi, dsb, Instrument penilaian: angket,
tes, skala bertingkat, pedoaman wawancara, pedoman, observasi, chec list, dll. Penentuan
metode pengumpulan data ditentukan oleh variable, sampel, lokasi, pelaksanaan,
biaya, dan waktu.
Agar dalam meneliti memperoleh hasil kesimpulan yang benar, maka
data harus benar, untuk itu diperlukan instrument yang baik yakni valid dan
reliabel, maka pengadaannya harus melalui prosedur pelaksanaan, penulisan item,
penyuntingan, uji coba, dan revisi. Dengan metode apapun pengumpul data
haruslah dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan
harapan, dan dilaksanakan dengan objektif, tidak dipengaruhi oleh factor hasrat
pengamat.
DAFTAR PUSTAKA
Aarikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2010, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Margono, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta.
Faisal, Sanapiah.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya
: Usaha Nasional.
Sukardi. 2011, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
[1]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik,(
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet-4, hal. 192
[2]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik,(
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet-4, hal. 194
[3]
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung 2010) hal 219
[4]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, hal.198.
[5]
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung 2010) hal 216
[6]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, hal
198
[7] Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hal : 158-181
[8] Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, hal. 158-181
[9] S. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, hal. 158-181
[10]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik,( hal
208
[11]
Suharsimi Aarikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, hal.
209
[12] Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, hal. 155-156.
[13] Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, hal. 157-158.
[14]
Sukardi, Metodologi Peneliatian Pendidikan-Kompetensi Dan Praktiknya
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 75
[15]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, hal. 265-275
[16] Sanapiah
Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional,
1982) hal. 244-246
Tidak ada komentar:
Posting Komentar