Kamis, 22 Desember 2016

Linguistik Aliran Transformatif Generatif oleh Noam Chomsky

Tulisan ini merupakan tugas mata kuliah Ilmu Lughah yang di ampu oleh dosen Al-ustad Dairoby pada semester 5, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat.(Hariyadi dan A. Renaldy)...
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Prolog
Perjalanan sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya. Linguistik sebagai ilmu bahasa yang kita pelajari sekarang sudah berkembang dari zaman Yunani kuno. Hal tersebut tidak lepas dari adanya kontroversi. Kontroversi-kontroversi tersebut terjadi karena adanya sudut pandang dan pernyataan ilmiah yang berlawanan. Wujud suatu kontroversi terletak pada perbedaan paradigma keilmuan yang diikuti. Namun demikian, justru dengan perbedaan tersebut akan berujung kepada titik temu yang memperkaya ilmu bahasa itu sendiri.
Sebelumnya kita membahas pendapat De Sausere, paradigma tersebut muncul karena bahasa dapat dilacak dari waktu ke waktu dan dapat pula dipelajari untuk satu jangka waktu tertentu perbedaan pandangan atau paradigma tertentu pada ilmu bahasa (linguistik) memunculkan aliran-aliran liguistik. Pada hakikatnya aliran-aliran tersebut adalah penyempurnaan dari aliran sebelumnya, salah satunya adalah aliran transformasi generatif. Oleh karena itu, dengan memahami aliran-aliran linguistik tertentu kita pada akhirnya akan memiliki pemahaman tersendiri kekurangan dan kelebihan masing-masing aliran sehingga dapat menentukan aliran mana yang menurut kita lebih baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan aliran Transformational Generative Grammer atau transformasi generatif yang dicetuskan oleh Noam Chomsky.



B.     Rumusan  Masalah
1.      Pengertian Aliran Transformatif Generative?
2.      Bagaimanakah Biografi Noam. Chomsky dan Pemikirannya?
3.      Apa saja Ciri-ciri Aliran Transformatif-Generatif?
4.      Bagaimana Aplikasi Teori Transformatif-Generatif dalam Pembelajaran bahasa Arab?

C. Tujuan Penulisan
1.      Memahami Pengertian Aliran Transformatif Generative.
2.      Mengetahui Biografi Noam Chomsky dan Pemikirannya.
3.      Memahami Ciri-ciri Aliran Transformatif-Generatif.
4.      Mengetahui Aplikasi Teori Transformatif-Generatif dalam Pembelajaran bahasa Arab?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Aliran Transformatif Generatif
Aliran transformasi generatif bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933.[1][1] Teori ini dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”.[2][2]
Pandangan beberapa ahli tata bahasa terhadap pengertian aliran transformasi sebagai berikut :
1.      Keraf
“Transformasi adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana”.
2.      Samsuri
“Transformasi adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah tertentu”.


3.      Kridalaksana
“Transformasi adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.
4.      Rosenbaun
“Transformasi convert one sentences structure by performing verious operations on the constituens making up there tructure”. Terjemahannya: “Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam struktur luar atau struktur permukaannya”.
Jadi, dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.[3][3]

B.     Biografi Noam Chomsky
Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928, meninggal pada umur 87 tahun, Noam Chomsky dibesarkan di tengah keluarga berpendidikan tinggi, pasangan Dr William Zev Chomsky dan Elsie Simonofsky. Noam Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts yang merupakan murid dari Z.S Harris. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. [4][4]
Ayahnya dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani, yang disebut harian New York Times sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani terkemuka yang menulis sejumlah karya gramatika bahasa itu. Pada usia 12 tahun, Chomsky sudah membaca salah satu karya berat ayahnya tentang tata bahasa Ibrani abad ke-13. Selain memperkenalkan bahasa dan warisan budaya leluhurnya, Yahudi, ayah Chomsky juga memperkenalkan tradisi intelektual yang kelak melekat dalam diri Chomsky. Sementara ayahnya mewarisi tradisi kebebasan intelektual, ibunya yang memiliki kecenderungan kekiri-kirian (antikemapanan) menekankannya pentingnya keseimbangan untuk bertindak sebagai pemikir yang sekaligus aktivis.
Sang paman, suami kakak ibunya, ikut memengaruhi arah watak intelektual Chomsky dengan memperkenalkannya tokoh-tokoh pemikiran terkemuka, Sigmund Freud dan berbagai aliran Komunis seperti Karl Marx, Stalinis, Trotskys, Leninisme dan yang lain-lainnya. Toko Pamannya, yang menjual berbagai koran dan majalah di New York, menjadi tempat berkumpulnya para intelektual Yahudi di New York. "Kelas pekerja Yahudi di New York memang berbeda. Intelektualitas mereka sangat tinggi, sekalipun sangat miskin. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki pekerjaan . Tapi mereka hidup di tengah lingkungan yang kaya secara intelektual.
Kepakarannya di bidang linguistik mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Dan sejak 1965 hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Buku-buku bertema politiknya kerap dianggap terlalu radikal untuk diresensi atau ditampilkan media AS.
Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak secara langsung dengan lebih dari 60 penerbit di seluruh dunia dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat dalam tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang linguistik, politik, hingga kumpulan kuliah, wawancara dan esai, diantara karya-karyanya adalah:
1.      Chomsky (1955). Logical Structure of Linguistic Theory.
2.      Chomsky (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton. Reprint. Berlin and New York (1985).
3.      Chomsky (1964). Current Issues in Linguistik Theory.
4.      Chomsky (1965). Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge: The MIT
5.      Chomsky (1965). Cartesian Linguistiks. New York: Harper and Row. Reprint. Cartesian Linguistiks.
6.      Chomsky (1966). Topics in the Theory of Generative Grammar.
7.      Chomsky (1968). Language and Mind.
8.      Chomsky (1972). Studies on Semantics in Generative Grammar.
9.      Chomsky (1975). The Logical Structure of Linguistic Theory.
10.  Chomsky (1981). Lectures on Government and Binding: The Pisa Lectures. Holland: Foris ..[5][5]

C.    Pemikiran Noam Chomsky
Pandangannya tentang selul-beluk bahasa mulai dikenal luas di bidang linguistik sesudah bukunya yang berjudul Syntactic Structures terbit pada tahun 1957. Pandangan Chomsky dengan teori generatif transformatif-nya terhadap bahasa memandang  bahwa bahasa merupakan kunci untuk mengetahui akal dan pikiran manusia. Manusia berbeda dengan hewan karena kemampuannya berpikir dan kecerdasannya, serta kemampuannya berbahasa. Itulah yang menjadi aspek paling fundamental dalam aktivitas manusia. Karena itu, sangat tidak logis jika bahasa yang sangat vital ini berubah menjadi berbentuk susunan kata yang terstruktur, kosong dari makna seperti pendapat kaum strukturis dan behavioris[6][6]. Pandangannya tentang bahasa cenderung bersifat rasional-mentalistik, yang berbeda dengan pandangan yang berkembang waktu itu. Ia memperkenalkan tata bahasa tansformatik-generatif yang dapat menjelaskan struktur bahasa secara eksplisit dan teliti melalui ”kaidah tulis kembali”. Sebuah kalimat di rumuskan menjadi S(sentence) NP (noun pharase) + VP (verb phrase) sebagai kalimat inti yang dapat diperluas dan diubah melalui transformatif. Ia juga membedakan konsep kegramatikalan dan kebermaknaan. Contoh yang ia kemukakan adalah Coloress green ideas slepp furiously. Kalimat itu adalah kalimat gramatikal, tetapi tak bermakna.
Kemudian ia mengembangkan pandangannya dalam buku yang berikutnya Aspects of the theory of Syntac, ia memperkenalkan konsep struktur lahir ( surface structure) dan struktur batin (deep structure). Struktur lahir merupakan hasil transformasi dari struktur batinnya. Struktur lahir yang sama belum tentu mengandung struktur batin yang sama pula. Struktur lahir kalimat (a) John Is Eager Please dan kalimat (b) John Is Easy To Please adalah sama, tetapi struktur batinnya berbeda. Dalam kalimat (a) kata John adalah subjek/pelaku dari perbuatan please, sedangkan di dalam kalimat (b) kata John adalah objek dari please, sebaliknya dalam kalimat struktur lahir yang berbeda dapat saja terkandung struktur batin yang sama, misal John Hit Jack, beda dengan Jack Was Hit By John, namun keduanya memiliki struktur batin yang sama dalam kedua kalimat itu John adalah pelaku dan Jack adalah penderita. Contoh kasus yang lain (a) he goes (b) does how go? (c) Goes he?, setiap penutur inggris mengetahui bahwa (c) bukanlah kalimat yang benar, sedangkan (a) dan (b) merupakan kalimat yang benar. Yang tidak dapat diungkapkan dengan teori linguistic adalah apa hubungan antara (a) dan (b) dan apa yang membuat (c) merupakan kalimat yang tidak berterima atau apik?.[7][7]
Kemudaian ia juga membedakan kemampuan (competence) dari pelaksanaan (performance). Kemampuan adalah pengetahuan tentang bahasa yang ada didalam akal-budi seseorang sedangkan pelaksanaan adalah bahasa yang diujarkannya. Chomsky lebih menekankan bahasa sebagai kawasan akal-budi manusia daripada sebagai perilaku sosial. Berbahasa bukan sekedar perilaku berbahasa dengan pola teratur. Keteraturan pola itu merupakan cerminan pengetahuan yang ada dalam akal-budinya, bahasa adalah system pengetahuan yang ada didalam akal-budinya, system ini abstrak, tidak dapat diamati, tetapi juga tidak dapat diakses karena alasan praktis. Tata bahasa trnsformatif berusaha memahami akal-budi manusia melalui I-Languange (internal, individu language) yang terpisah dari E-language (external, extensial language) yang ada dalam otak seorang penutur asli. Bagian pengetahuan ini merupakan seperangkat prinsip bahasa yang dikenal sebagai tata bahasa semesta (universal grammar), diyakini sudah ada pada akal-budi manusia sejak lahir.[8][8]
Ditambahkan lagi berkenaan struktur dalam (deep structure)  dan luar (surface structure) menurut Chomsky bahasa-bahasa yang ada didunia adalah sama  hanya pada tingkat dalamnya saja yang di sebut struktur-dalam (deep structure) sedangkan pada struktur luarnya (surface structure) bahasa itu berbeda-beda. Pada tingkat dalam bahasa itulah terdapat rumus-rumus tata bahasa yang mengatur proses  yang memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa bekerja. Apa yang oleh Chomsky disebut inti proses generative bahasa (aspek kreatif) terletak pada tingkat dalam ini. inti proses generative  inilah yang merupakan alat semantik untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya  yang di namai dengan "Tata bahasa Generatif”.[9][9]
Dari segi semantik, tata bahasa suatu bahasa adalah satu sistem rumus atau kaidah yang menyatakan persamaan atau keterikatan antara  bunyi dan makna dalam bahasa itu. Sedangkan dari segi daya kreatifitas, tata bahasa adalah sebuah alat perancangan yang khusus menerangkan dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan struktur setiap kalimat itu.[10][10]
Menurut Chomsky teori linguistik itu bersifat mental karena teori ini mencoba menemukan satu realitas mental yang menyokong perilaku bahasa yang sebenarnya terjadi. Disebutkan kompetensi merupakan suatu proses generative dan bukan gudang yang berisi kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori linguistik De Saussure, sebagaimana disebutkan di awal bahwa kompetensi atau kecakapan itu adalah satu system atau rumus yang dapat kita sebut tata bahasa dari penutur itu. Maka kalau dibagankan proses perilaku berbahasa itu adalah sebagai berikut:[11][11]

Selanjutnya teori Noam Chomsky mengenai hubungan bahasa dan pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut Hipotesis nurani (Chomsky, 1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung membicarakan hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental (pemikiran) manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang anak-anak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal.[12][12]
Sebelum ini ada pandangan dari Von Humboldt yang tampak tidak konsisten. Pada satu pihak Von Humboldt menyatakan keragaman bahasa-bahasa di dunia ini mencerminkan adanya keragaman pandangan hidup (weltanschauung); tetapi dipihak lain beliau berpendapat bahwa yang mendasari tiap-tiap bahasa manusia adalah satu system- universal yang menggambarkan keunikan intelek manusia. Karena itu, Von Humboldt juga sependapat dengan pandangan rasionalis yang mengatakan bahwa bahasa tidaklah dipelajari oleh anak-anak dan tidak pula di ajakan oleh ibu-ibu, melainkan tumbuh sendiri dari dalam diri anak-anak itu dengan cara yang telah ditentukan lebih dahulu (oleh alam) apabila keadaan-keadaan lingkungan yang sesuai terdapat.[13][13]
Pandangan Von Humboldt yang tidak konsisten itu dapat diperjelas oleh teori Chomsky. Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan rasionalis, bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama( karena didasari oleh satu system yang universal) hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang di sebut struktur-dalam(deep structure), pada tingkat luar atau struktur luar (surface structure)bahasa-bahasa itu berbeda-beda.[14][14]
Hipotesis nurani berpendapat bahwa struktur-struktur dalam bahasa adalah sama. Struktur dalam setiap bahasa bersifat otonom; dan karena itu, tidak ada hubungannya dengan system kognisi (pemikiran) pada umunya termasuk kecerdasan.[15][15]
Bagian akhir dari pembahasan pandangan Chomsky ini ada satu teori yang penting untuk di pahami bahwa menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen sintaksis, semantic dan fonologis.[16][16] Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar. Sebagaimana di sebutkan di awal bahwa maksud struktur dalam adalah struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum diucapkan. Sedangkan struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan dan dapat didengar. Jadi, bersifat konkret. Menurut teori ini di dalam otak kita terdapat satu peringkat reprensentasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan. Artinya, reprensentasi struktur dalam ini dihubungkan oleh rumus-rumus transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita dengar atau yang kita lahirkan.  Sebagai contoh :
1. Murid itu mudah diajar,
2. Murid itu senang diajar.
Kalimat pertama dan kalimat kedua memiliki struktur luar yang sama, sebagai berikut :

Kalimat ke-1
KFN+FV
FNN+art (Murid+itu)
FVA+V (mudah+diajar)

Kalimat ke-2
KFN+FV
FNN+art (murid+itu)
FVA+V (senang+diajar)

Keterangan :
K           = kalimat
FN         = Frase nominal
FV          = Frase kerja
A           = Adjetiva
Art         = Artikel
Dari kedua diagram di atas tampak bahwa struktur luar kalimat pertama dan kalimat kedua adalah persis sama. Namun, kita sebagai penutur bahasa Indonesia dapat merasakan bahwa yang mengalami sesuatu yang menjadi akibat “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan. Pada kalimat (1) yang mengalami sesuatu yang mudah adalah yang mengajar murid itu, yakni guru. Sedangkan pada kalimat (2) yang merasa senang adalah murid, bukan yang mengajar. Jadi, sebuah tata bahasa yang memadai harus mampu memberi keterangan struktural mengapa kedua kalimat itu berbeda sebagai mana yang dirasakan oleh penutur bahasa itu, oleh karena itu meskipun kalimat (1) dan kalimat (2) memiliki struktur luar yang sama tetapi struktur dalamnya jauh berbeda.
Kedua contoh di atas menunjukan sebuah fakta yang sangat penting mengenai bahasa manusia yang tidak dapat diterangkan oleh teori-teori tradisional lain tentang hakikat tata bahasa. Fakta tersebut adalah adanya struktur dalam yang tidak dapat kita amati secara langsung karena berada di dalam otak.
a.      Komponen Sintaksis
Komponen sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya “Kuda itu menendang petani itu”, Setiap penutur bahasa Indonesia dengan kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kalimat tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan lengkap
2. Kalimat tersebut terdiri atas beberapa kata
3. Dalam kalimat tersebut, kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang berfungsi untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud.
4. Jika dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
-   Kuda itu/ menendang petani   (tidak mungkin)  ………. 1
-   Kuda/ itu menendang petani itu      (atau)          ………. 2
-   Kuda itu menendang/ petani itu                          ………. 3
Jadi dapat disimpulkan, pertama setiap penutur bahasa Indonesia akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih natural bergabung dengan kata itu adalah kata kuda daripada dengan kata menendang. Kemampuan inilah yang disebut sebagai competence (kompetensi) yaitu hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia. Kedua, dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
b.      Komponen Semantik
Teori linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan sesudah  kalimat yang menyertai kalimat itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi makan dan makan lagi menjadi berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya :
1. Gadis itu sangat manis….       (bermakna ganda yaitu cantik&baik hati)
2. Gadis itu sangat manis rupanya……… (bermakna cantik)
3. Gadis itu sangat manis budinya……… (bermakna baik hati)
Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu.
Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki},{+menikah} {-beranak} dan kata ibu{+benda},{+konkret},{+manusia},{+dewasa},{-laki-laki}, {+menikah}{+beranak}. Perhatikan contoh kalimat berikut :
4.  Ibu sedang hamil,
5.  Bapak sedang hamil.
Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki}, sehingga kalimat ke (4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang tidak berterima.

c.       Komponen Fonologi
Komponen fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi fonologi disebut fon.  Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baran] dan [paran] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang tidak bersuara.
Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat-dalam dan peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya kata gerobak dalam bahasa Indonesia yang bentuk pada peringkat dalamnya / g  robak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gerobag]. Jadi, rumus fonologinya adalah : [k]  [g][17][17]

Selanjutnya akan dibahas mengenai Analisis Kalimat Transformasi Generatif adalah sebagai berikut.
1.      Kalimat “Ibu membeli susu.”
1)   Struktur frasa
(i)  K --- FN + FV
(ii) FV ---  V + N
(iii) N --- ibu, susu
(iv) V --- membeli

K                                   
FN+FV (i)
FN+V+FN (ii)
N+V+N (iii)
ibu + membeli + susu  (iv)


2)   Pengembangan
a)    Susu dibeli ibu.
b)   Ibu sedang membeli susu.
c)    Ibu membeli susu di toko.
d)   Ibu yang membeli susu itu memasuki toko

2. Kalimat “Buku itu berwarna putih”
1) Struktur frasa
(i).  K --- FN + FV
(ii). FN--- N+Pron
(iii) .FV ---- V + adj
(iv).  N--- Buku
(v).   V --- berwarna
(vi).  Adj--- Putih
  (vii). Pron--- itu

K                                             (i)
FN + FV                                    (ii)
FN + FV + adj                           (iii)
N + Det + V + adj                             (iv)
N + itu + V + putih                            (v)
buku + itu + V + putih                        (vi)
buku + itu + bewarna + putih              (vii)

2) Pengembangan
a) Buku yang dibeli adik berwarna putih.
b)  Buku yang bewarna putih itu jatuh di lantai.
3. Kalimat “Sebuah Candi ditemukan di Nganjuk”
1) Struktur frasa
(i). K--- K + Prep
(ii).K--- FN + V
(iii).FN--- N + N
(iv). F prep--- prep+N
(v).  N--- Sebuah, Candi, Nganjuk
(vi). V--- ditemukan
(vii). Prep --- di

K                                                                         (i)
FN+FV                                                      (ii)
FN+V+FN                                                  (iii)   
Det + N + V + Prep + N                                     (iv)
Sebuah + candhi + V + di + Nganjuk                    (v)
Sebuah + candhi + ditemukan + di + Nganjuk               (vi)

2) Pengembangan kalimat
a) Sebuah candi telah ditemukan di Nganjuk.
b) Ditemukan sebuah candi di Nganjuk.
c) Sebuah candhi yang besar itu ditemukan di Nganjuk.

4. Kalimat “Bapak tidur  saat saya mandi”
Struktur frasa
i.  K--- K + F Adv
ii. K--- N+V
iii.F Adv--- konj + K
iv. N--- Bapak, saya
v.  V--- tidur, mandi
vi.  Konj--- saat


K                                                     
FN+FV                                              (i)
FN+V+konj+FN+V                                     (ii)
N+V+konj+N+V                                (iii)
N+V+ saat+N+V                                        (iv)  
bapak + V + saat + saya + V                              (v)
bapak + tidur  + saat + saya + mandi          (vi)


2) Pengembangan kalimat
a) Saat saya mandi, bapak tidur.
b) Bapak telah tidur saat saya mandi

D.    CIRI-CIRI TEORI GENERATIF TRANSFORMATIF
Ciri-ciri teori ini penulis kutip dari Soeparno dan penulis jelaskan berdasarkan uraian diatas dengan mencari beberapa referensi lain, dan ada beberapa hal yang menjadi ciri teori ini, ciri-ciri tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan paham mentalistik
Teori ini beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang tanggap semata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan. Proses bahasa bukan sekedar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang di terima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan didalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, teori ini sangat erat kaitannya dengan subdisiplin Psikolinguistik
Noam Chomsky menyerang dengan sangat tajam teori behaviorisme yang dimotori oleh skinner. Menurut Chomsky tingkah laku manusia jauh lebih rumit daripada tingkah laku binatang, tikus. Dengan kerumitan itu mustahil pemerian stimuli eksternal dan respons mampu menentukan tingkah laku bahasa. Bagi Chomsky yang mampu memikul tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuan bawaan. Spekulasi skinner itu bersifat premature dalam arti berlaku pada tahap paling awal sebelum seseorang atau anak memperoleh pengertian yang lebih baik dari system linguistic yang dipelajarinya[18][18]
Setelah tahun 1960-an Chomsky membawa topic baru yang disebut: Transformatif-generatif” dalam teori ini Chomsky mengunggulakan language acquisition device (LAD) yang berfungsi sangat menetukan. Alat pemerolehan bahasa ini menyebabkan anak memiliki kemampuan untuk membuat hipotesis tentang struktur bahasa umum dan tentang bahasa yang sering dipelajari secara khusus. Era baru ini yang diperkenalkan Chomsky tercatat sebagai  masa paradigmatic dalam dunia linguistic.
2.      Bahasa merupakan innate
Mereka beranggapan dengan penuh keyakinan bahwa bahasa merupakan factor innate (warisan keturunan). Apabila kaum strukturl dapat memberikan bukti bahwa bahasa merupakan habit, maka kaum transformasi pun dapat membuktikan bahwa bahasa bukan habit. Dalam kasus ini Chomsky pernah minta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak. Berkat bantuan rekannya itu dapat di buktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara walaupun kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mandekati manusia.walaupun di latih dengan metode drill and practice seribu kali sehari tidak akan mungkin seekor simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukan karena factor latihan atau kebiasaan melainkan karena factor warisan atau innate.
Menurut pandangan pendekatan-metode ini, bahasa merupakan fitrah bagi manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Kemampuan memperoleh kemampuan berbahasa itu telah tertanam dalam dirinya sejak lahir. Karena itu siapapun yang lahir di lingkungan manusia tertentu, ia akan memperoleh bahasa lingkungannya itu, tanpa melihat tingaktan pendidikan dan sosialnya, selama ia tidak mendapat hambatan kuat, baik mental maupun fisik yang menghalanginya dalam mendengar, memahami, dan menggunakannya. Maksud bahasa dari teori ini bukanlah perilaku yang diperoleh dengan cara belajar, berlatih, dan praktik, seperti yang dipercayai kaum behavioris, bahasa adalah fitrah akal yang merupakan pembawaan akal.[19][19]
3.      Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Sebagaimana telah disinggung di awal bahwa teori transformasional memisahkan bahasa atas dua lapis, yakni deep structure (struktur dalam) dan surface structure (struktur luar). Lapis dalam adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/secara mentalistik, definisi lain dari struktur dalam -kalimat- adalah pengetahuan tersembunyi yang dimiliki oleh penutur bahasa untuk mengatur struktur kalimat, dan menentukan semua factor untuk  memahami kalimat dan maknanya, karena hubungan nurani antara tataran ini, jelas, dan ia dapat dimengerti[20][20]. Adapun lapis permukaan adalah wujud lahiriah bunyi yang diucapkan dan didengar atau dibaca yang di transformasikan dari lapis batin, hal ini merupakan fase akhir dari proses pembentukan kaidah dalam membuat kalimat setelah mengaplikasikan kaidah-kaidah Transformatif tertentu atas struktur dalamnya.[21][21]
Sesungguhnya, langkah menganalisis struktur dalam suatu kalimat bisa membantu memberikan informasi-informasi kepada kita. Informasi ini akan membantu kita untuk dapat memahami makna atau arti suatu kalimat yang susunan lahirnya mengandung lebih dari satu makna, dan tidak mungkin menentukan salah-satunya tanpa menganalisis struktur dalam bahasa. Misalnya, ucapan kita “kezaliman karyawan suatu problem”, kita tidak bisa menetukan kalimat itu dari struktur lahirnya, apakah karyawan yang melakukan tindakan kezaliman ataukah ia yang diperlakukan zalim oleh orang lain. Dalam hal ini kita harus kembali pada konteks kalimat ketika ia diucapkan oleh si penutur.
Hubungan antara struktur dalam bahasa dan struktur luar bahasa, menentukan makna suatu kalimat. Hubungan yang teratur denga perantara kaidah-kaidah transformasi itu, baik secara paksa ataupun ikhtiar/memilih, berlangsung hingga ke struktur luar bahasa. Hubungan kedua strukutr ini dinamakanlah transformasi, disebut pula tata bahasa Transformatif maksudnya adalah proses produksi kalimat melalui perantara kaidah-kaidah transformasi, yakni mengalihkan struktur dalam bahasa kepada struktur luar bahasa, kemudian struktur luar bahasa itu dianalisis.[22][22]
4.      Bahasa terdiri atas unsur kemampuan (competent) dan performansi
Linguistic competent atau kemampuan linguistic adalah pengetahuan yang di miliki oleh seorang penutur tentang bahasanya termasuk juga disini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya. Linguistic performance adalah keterampilan seseorang dalam menggunakan bahasa, ia merupakan aplikasi pengetahuan tersebut dalam memahami (listening), berbicara (speaking), dan menulis (writing). Artinya kemampuan bahasa merupakan esensi akal yang tersembunyi dibalik perbuatan berbahasa, sedangkan perbuatan berbahasa itu sejatinya merupakan cerminannya, akan tetapi ada kalanya perbuatan bahasa itu menyimpang dari pengetahuan ini karena sebab-sebab yang muncul, sepeti kelelahan, sakit, salah ucap, atau salah tulis.[23][23]
  Pada awal munculnya kompetensi dan performansi itu orang segera mengkontraskannya dengan langue dan parole dari de Saussure. Secara fundamental kompetnsi berbeda dengan performansi. Kompetensi mengenai pengetahuna pembicara-pendengar terhadap bahasanya, dan performansi ialah penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam situasi yang konkrit.
5.      Analisis bahasa bertolak pada kalimat
Kaum transformational bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang tertinggi. Dari kalimat analisisnya turun kepada frasa kemudian turun ke kata. Kalimat tersebut diperluas menjadi struktur satuan yang lebih kecil dan berakhir dengan suatu kombinasi antara unsur leksikal dan elemen gramatikal. Aliran ini tidak mengakui adanya klausa.
Kalimat Frase (Nominal dan Verbal)kata (Benda dan Kerja)[24][24]
6.      Bahasa bersifat kreatif
Ciri ini merupakan reaksi terhadap kaum structural yang fanatic terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasial masalah umum atau tidak umum bukan persoalan. Yang paling penting adalah kaidah, walaupun  suatu bentuk bahasa belum umum asal pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikal.
Contoh:
a. Sampah telah menggunung di tepi jalan.
b. Peluhnya menganak sungai.
c. Sifatnya mengekor kakaknya.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan afiks meN- yang meberbermaksud menyerupai gunung, sama seperti kata menganak dan mengekor. Hal ini terjadi karena afiks meN- bertemu dengan kata nominal.Teori ini menekankan pentingnya bahasa kreatif-salah satu sifat dasar bahasa manusia yang bersifat kolektif. Bahasa kreatif ini yang membedakan dengan bentuk-bentuk komunikasi makhluk-makhluk lainnya.
Kreativitas dalm bahasa yang dimaksud adalah kemampuan manusia penutur bahasa tertentu untuk memahami unsur-unsur bahasa dalam bahasa itu, dalam jumlah tidak terbatas, mengolahnya dan menetukan benar dan salahnya, walaupun ia tidak pernah mendengar atau belajar mengucapkan sebelumnya. Chomsky mengisyaratkan bahwa tujuan studi bahasa adalah sampainya seseorang pada pendiskripsian media (bahasa) ini. Dengannya si penutur bahasa tertentu bisa menciptakan atau menciptakan dengan daya kreasinya kalimat-kalimat baru dan memahaminya dengan benar. Chomsky berkeyakinan bahwa yang banyak diucapkan oleh manusia adalah kalimat-kalimat baru, ide-ide baru, dan dan tidak bisa dianggap sebagai pengulangan terhadap apa yang pernah didengar sebelumnya.[25][25]
7.      Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi
Kalimat inti adalah kalimat yang belum di kenai kaidah transformasi sedangkan kalimat transformasi adalah kalimat yang di kenai kaidah transformasi. Ciri-ciri dari kalimat inti adalah : Lengkap, Simple, Aktif , Statemen, Positif, Runtut.

E.     Aplikasi Transformatif-Generatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Dijelaskan oleh Teori gramatika transformasi generative mempunyai tiga sendi utama, yaitu: Pertama, kaidah struktur ungkapan, yaitu kaidah yang menjelaskan bahwa kalimat ungkapan itu terstruktur dari ungkapan-ungkapan, sedangkan ungkapan-ungkapan itu terbentuk dari kata-kata. Kedua, kaidah transformasi, yaitu sejumlah aturan yang harus diterapkan secara ketat. Sebagian kaidah itu bersifat keharusan (ijbariy/obligatori) dan sebagian lagi bersifat pemilihan (ikhtiyariy/optional). Ketiga, kaaidah-kaidah morfologi bunyi, yaitu kaidah yang menetapkan bentuk akhir suatu kata yang diucapkan atau ditulis. [26][26]
Dari teori  di atas telah diketahui  teori Transformatif-Generatif dan beberapa penjabarannya. Dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Arab, dalam hal ini pada pembelajaran Nahwu dan Shorf. Dengan mengacu pada pola-pola transformasi kalimat yang dapat dikembangkang melalui: [27][27]
1.      Penghilangan/pembuangan (al-hazf/delation) seperti:
كتب أحمد درسا جديدا← كتب أحمد درسا
2.      Penempatan (al-ihlal) seperti:
الله سميع عليم predikatnya ditempati kata lain, sehingga menjadi الله غفور رحيم
3.      Perluasan (al-ittisa) seperti perluasan dengan sifat atau idhafah:
الجامعة مبشهورة menjadi الجامعة الكبيرة مبشهورة
الباب مفتوح menjadi باب الفصل مفتوح
4.      Penyingkatan (al-iktishar/reduction) seperti:
رئس القرية جديد  menjadi رئس جديد
5.      Penambahan (az-ziyadah/additional) yakni penambahan unsure baru dalam kalimat dengan struktur athfi seperti:
الطالب نشيط menjadi الطالب والمدرس نشيطان
6.      Pengulangan urutan (i’adah at-tartib/permutation) misalnya dengan merubah jumlah ismiyyah menjadi jumlah fi’liyyah atau sebaliknya, seperti:
يحضر الطلاب menjadi الطلاب يحضرون






BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Transformasi generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen fonologis, sintaksis, dan semantik
Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928, meninggal pada umur 87 tahun. Sejarah Aliran transformasi generatif dimulai dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Selanjutnya pada tahun 1965 munculnya lagi buku Chomsky dengan judul Aspect of The Theory of Syntax. Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan diberi nama “Extended Standard Theory”, lalu pada tahun 1975 direvisi lagi, dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”. Terakhir direvisi lagi, dan diberi nama “government and binding theory”. menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen sintaksis, semantic dan fonologis
Ciri-ciri dari teori transformasi generatif adalah Berdasarkan paham mentalistik, Bahasa merupakan innate, Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan, Bahasa terdiri atas unsur kemampuan (competent) dan performansi, Analisis bahasa bertolak pada kalimat, Bahasa bersifat kreatif, Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Aplikasi teori Transformatif generative dalam pembelajaran bahasa arab dapat menggunakan pola-pola: Penghilangan/pembuangan, Penempatan (al-ihlal), Perluasan (al-ittisa), Penyingkatan (al-iktishar/reduction), Penambahan, Pengulangan urutan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007, Linguistic Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer . 2011, Linguistik Sebuah Pengantar , Bandung: Penerbit Angkasa.
Aziz, Abdul Bin Ibrahim El-Ushaili. 2009,  Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.
Pangaribuan, Tagor . 2008, Paradigma Bahasa, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kushartanti, dkk. 2005,  Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistic, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 2003,  Psikolinguistik-Kajian Teoritek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Robins. 1992,  Linguistik Umum Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hermawan, Acep. 2014,  Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Herasukses,https://herasukses.wordpress.com/2012/05/15/aplikasi-aliran-transformatif-generatif-dalam-pembelajaran-bahasa-arab-2.
Cintabahasa,http://cintabahasa13.blogspot.com/2014/01/aliran-transformasi-generatif-revisi.html






[2][2] Abdul Chaer, Linguistic Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hal. 365.
[4][4] Mansoer Pateda, Linguistik Sebuah Pengantar , (Bandung: Angkasa, 2011), hal. 46.
[5][5] Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/noam_chomsky (Di Akses 8 Desember 2016)
[6][6] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009), hal. 71
[7][7] Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2008), hal. 139
[8][8] Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistic, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 216
[9][9] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) Cet. 1, hal. 57
[10][10] Abdul Chaer, hal. 78
[11][11] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek , hal. 78
[12][12] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek, hal. 56
[13][13] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek, hal. 57
[14][14] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek ,hal. 57
[15][15] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian Teoritek, hal. 57  
[16][16] Abdul Chaer, Linguistik Umum, hal. 366.
[18][18] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2014), Cet 4, hal. 51
[19][19] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, hal. 80
[20][20] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab ,hal. 75
[21][21] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab ,hal. 75
[22][22] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab ,hal. 76
[23][23] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, 79
[24][24] Robins, Linguistic Umum Sebuah Pengantar, Hal 347
[25][25] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab ,hal. 78
[26][26] Robins, Linguistik Umum Sebuah Pengantar,( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), hal. 347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar