Tulisan ini merupakan tugas mata kuliah
Ilmu Lughah yang di ampu oleh dosen Al-ustad Dairoby pada semester 5, penulis
berharap semoga tulisan ini bermanfaat.(Hariyadi dan A. Renaldy)...
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Prolog
Perjalanan
sejarah linguistik yang sangat panjang
telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran
tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada
prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran
sebelumnya. Linguistik sebagai ilmu bahasa yang kita pelajari sekarang sudah
berkembang dari zaman Yunani kuno. Hal tersebut tidak lepas
dari adanya kontroversi. Kontroversi-kontroversi tersebut terjadi karena adanya
sudut pandang dan pernyataan ilmiah yang berlawanan. Wujud suatu kontroversi
terletak pada perbedaan paradigma keilmuan yang diikuti. Namun demikian, justru
dengan perbedaan tersebut akan berujung kepada titik temu yang memperkaya ilmu
bahasa itu sendiri.
Sebelumnya kita membahas pendapat De Sausere, paradigma
tersebut muncul karena bahasa dapat dilacak dari
waktu ke waktu dan dapat pula dipelajari untuk satu jangka waktu tertentu perbedaan
pandangan atau paradigma tertentu pada ilmu bahasa (linguistik) memunculkan
aliran-aliran liguistik. Pada hakikatnya aliran-aliran tersebut adalah
penyempurnaan dari aliran sebelumnya, salah satunya adalah aliran transformasi
generatif. Oleh karena itu, dengan memahami aliran-aliran linguistik tertentu
kita pada akhirnya akan memiliki pemahaman tersendiri kekurangan dan kelebihan
masing-masing aliran sehingga dapat menentukan aliran mana yang menurut kita
lebih baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan memaparkan
aliran Transformational Generative
Grammer atau transformasi generatif yang
dicetuskan oleh Noam Chomsky.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Aliran Transformatif Generative?
2.
Bagaimanakah
Biografi Noam. Chomsky dan Pemikirannya?
3.
Apa
saja Ciri-ciri Aliran Transformatif-Generatif?
4. Bagaimana Aplikasi Teori
Transformatif-Generatif dalam Pembelajaran bahasa Arab?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami
Pengertian Aliran Transformatif Generative.
2. Mengetahui
Biografi Noam Chomsky dan Pemikirannya.
3.
Memahami
Ciri-ciri Aliran Transformatif-Generatif.
4.
Mengetahui
Aplikasi Teori
Transformatif-Generatif dalam Pembelajaran bahasa Arab?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aliran Transformatif Generatif
Aliran transformasi generatif bermula dan berakar pada
penelitian yang dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania
sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig
Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic
Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya
karya Bloomfield Language pada tahun
1933.[1][1] Teori ini
dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of
Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang
dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi
nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi
kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”.[2][2]
Pandangan beberapa ahli tata bahasa terhadap pengertian
aliran transformasi sebagai berikut :
1. Keraf
“Transformasi
adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik
dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke
bentuk yang sederhana”.
2. Samsuri
“Transformasi
adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur
yang lain menurut kaidah tertentu”.
3. Kridalaksana
“Transformasi
adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah,
mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.
4. Rosenbaun
“Transformasi convert one sentences
structure by performing verious operations on the constituens making up there
tructure”. Terjemahannya: “Transformasi adalah
proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam struktur luar atau
struktur permukaannya”.
Jadi, dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif
merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur
luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan),
permutasi, maupun pergantian. Teori transformasi generatif meninjau aspek
bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur
dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.[3][3]
B.
Biografi
Noam Chomsky
Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928, meninggal pada umur 87 tahun, Noam Chomsky dibesarkan di
tengah keluarga berpendidikan tinggi, pasangan Dr William Zev Chomsky dan Elsie
Simonofsky. Noam Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari Institut
Teknologi Massachusetts yang merupakan
murid dari Z.S Harris. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik
terpahat lewat teorinya tentang tata
bahasa generatif. [4][4]
Ayahnya dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani, yang
disebut harian New York Times sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani terkemuka yang
menulis sejumlah karya gramatika bahasa itu. Pada usia 12 tahun, Chomsky sudah membaca
salah satu karya berat ayahnya tentang tata bahasa Ibrani abad ke-13. Selain
memperkenalkan bahasa dan warisan budaya leluhurnya, Yahudi, ayah Chomsky
juga memperkenalkan tradisi intelektual yang kelak melekat dalam diri Chomsky.
Sementara ayahnya mewarisi tradisi kebebasan intelektual, ibunya yang memiliki
kecenderungan kekiri-kirian (antikemapanan) menekankannya pentingnya keseimbangan untuk bertindak
sebagai pemikir yang sekaligus aktivis.
Sang paman, suami kakak ibunya, ikut memengaruhi
arah watak intelektual Chomsky dengan memperkenalkannya tokoh-tokoh pemikiran
terkemuka, Sigmund Freud dan berbagai aliran Komunis seperti Karl Marx, Stalinis, Trotskys, Leninisme dan yang lain-lainnya. Toko Pamannya, yang menjual
berbagai koran dan majalah di New York, menjadi
tempat berkumpulnya para intelektual Yahudi di New York. "Kelas pekerja
Yahudi di New York memang berbeda. Intelektualitas mereka sangat tinggi,
sekalipun sangat miskin. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki pekerjaan
. Tapi mereka hidup di tengah lingkungan yang kaya secara intelektual.
Kepakarannya di bidang linguistik
mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30
buku politik, dengan beragam tema. Dan sejak 1965 hingga kini, dia menjelma
menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar
negeri Amerika Serikat.
Buku-buku bertema politiknya kerap dianggap terlalu radikal untuk diresensi
atau ditampilkan media AS.
Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah
menjalin kontrak secara langsung dengan lebih dari 60 penerbit di seluruh dunia
dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat
dalam tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang
linguistik, politik, hingga kumpulan kuliah, wawancara dan esai, diantara
karya-karyanya adalah:
1. Chomsky (1955). Logical
Structure of Linguistic Theory.
3.
Chomsky
(1964). Current Issues in Linguistik Theory.
4.
Chomsky
(1965). Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge: The MIT
5.
Chomsky
(1965). Cartesian Linguistiks. New York: Harper and Row. Reprint. Cartesian
Linguistiks.
6.
Chomsky
(1966). Topics in the Theory of Generative Grammar.
7.
Chomsky
(1968). Language and Mind.
8.
Chomsky
(1972). Studies on Semantics in Generative Grammar.
9.
Chomsky
(1975). The Logical Structure of Linguistic Theory.
C. Pemikiran
Noam Chomsky
Pandangannya tentang selul-beluk bahasa mulai dikenal luas
di bidang linguistik sesudah bukunya yang berjudul Syntactic Structures terbit
pada tahun 1957. Pandangan Chomsky dengan teori generatif transformatif-nya
terhadap bahasa memandang bahwa bahasa merupakan kunci untuk mengetahui
akal dan pikiran manusia. Manusia berbeda dengan hewan karena kemampuannya
berpikir dan kecerdasannya, serta kemampuannya berbahasa. Itulah yang menjadi
aspek paling fundamental dalam aktivitas manusia. Karena itu, sangat tidak
logis jika bahasa yang sangat vital ini berubah menjadi berbentuk susunan kata
yang terstruktur, kosong dari makna seperti pendapat kaum strukturis dan
behavioris[6][6].
Pandangannya tentang bahasa cenderung bersifat rasional-mentalistik, yang
berbeda dengan pandangan yang berkembang waktu itu. Ia memperkenalkan tata
bahasa tansformatik-generatif yang dapat menjelaskan struktur bahasa secara
eksplisit dan teliti melalui ”kaidah tulis kembali”. Sebuah kalimat di rumuskan
menjadi S(sentence) →
NP (noun pharase) + VP (verb phrase) sebagai kalimat inti yang dapat diperluas
dan diubah melalui transformatif. Ia juga membedakan konsep kegramatikalan dan
kebermaknaan. Contoh yang ia kemukakan adalah Coloress green ideas slepp
furiously. Kalimat itu adalah kalimat gramatikal, tetapi tak bermakna.
Kemudian ia mengembangkan pandangannya dalam buku yang
berikutnya Aspects of the theory of Syntac, ia memperkenalkan konsep struktur
lahir ( surface structure) dan struktur batin (deep structure). Struktur lahir
merupakan hasil transformasi dari struktur batinnya. Struktur lahir yang sama
belum tentu mengandung struktur batin yang sama pula. Struktur lahir kalimat
(a) John Is Eager Please dan kalimat (b) John Is Easy To Please
adalah sama, tetapi struktur batinnya berbeda. Dalam kalimat (a) kata John
adalah subjek/pelaku dari perbuatan please, sedangkan di dalam kalimat (b) kata
John adalah objek dari please, sebaliknya dalam kalimat struktur lahir yang
berbeda dapat saja terkandung struktur batin yang sama, misal John Hit Jack,
beda dengan Jack Was Hit By John, namun keduanya memiliki struktur batin
yang sama dalam kedua kalimat itu John adalah pelaku dan Jack adalah penderita.
Contoh kasus yang lain (a) he goes (b) does how go? (c) Goes he?, setiap
penutur inggris mengetahui bahwa (c) bukanlah kalimat yang benar, sedangkan (a)
dan (b) merupakan kalimat yang benar. Yang tidak dapat diungkapkan dengan teori
linguistic adalah apa hubungan antara (a) dan (b) dan apa yang membuat (c)
merupakan kalimat yang tidak berterima atau apik?.[7][7]
Kemudaian ia juga membedakan kemampuan (competence) dari
pelaksanaan (performance). Kemampuan adalah pengetahuan tentang bahasa yang ada
didalam akal-budi seseorang sedangkan pelaksanaan adalah bahasa yang
diujarkannya. Chomsky lebih menekankan bahasa sebagai kawasan akal-budi manusia
daripada sebagai perilaku sosial. Berbahasa bukan sekedar perilaku berbahasa
dengan pola teratur. Keteraturan pola itu merupakan cerminan pengetahuan yang
ada dalam akal-budinya, bahasa adalah system pengetahuan yang ada didalam
akal-budinya, system ini abstrak, tidak dapat diamati, tetapi juga tidak dapat
diakses karena alasan praktis. Tata bahasa trnsformatif berusaha memahami
akal-budi manusia melalui I-Languange (internal, individu language) yang
terpisah dari E-language (external, extensial language) yang ada dalam otak
seorang penutur asli. Bagian pengetahuan ini merupakan seperangkat prinsip
bahasa yang dikenal sebagai tata bahasa semesta (universal grammar), diyakini
sudah ada pada akal-budi manusia sejak lahir.[8][8]
Ditambahkan lagi berkenaan struktur dalam (deep
structure) dan luar (surface structure)
menurut Chomsky bahasa-bahasa yang ada didunia adalah sama hanya pada
tingkat dalamnya saja yang di sebut struktur-dalam (deep structure) sedangkan
pada struktur luarnya (surface structure) bahasa itu berbeda-beda. Pada tingkat
dalam bahasa itulah terdapat rumus-rumus tata bahasa yang mengatur proses
yang memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa bekerja. Apa yang oleh Chomsky
disebut inti proses generative bahasa (aspek kreatif) terletak pada
tingkat dalam ini. inti proses generative inilah yang merupakan alat
semantik untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas
jumlahnya yang di namai dengan "Tata bahasa
Generatif”.[9][9]
Dari segi semantik, tata bahasa suatu bahasa adalah satu
sistem rumus atau kaidah yang menyatakan persamaan atau keterikatan
antara bunyi dan makna dalam bahasa itu. Sedangkan dari segi daya
kreatifitas, tata bahasa adalah sebuah alat perancangan yang khusus menerangkan
dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan struktur
setiap kalimat itu.[10][10]
Menurut Chomsky teori linguistik itu bersifat mental karena
teori ini mencoba menemukan satu realitas mental yang menyokong perilaku bahasa
yang sebenarnya terjadi. Disebutkan kompetensi merupakan suatu
proses generative dan bukan gudang yang berisi kata-kata, frase-frase, atau
kalimat-kalimat seperti konsep langue dalam teori linguistik De Saussure,
sebagaimana disebutkan di awal bahwa kompetensi atau kecakapan itu adalah satu
system atau rumus yang dapat kita sebut tata bahasa dari penutur itu. Maka
kalau dibagankan proses perilaku berbahasa itu adalah sebagai berikut:[11][11]
Selanjutnya teori Noam Chomsky mengenai hubungan bahasa dan
pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut Hipotesis
nurani (Chomsky, 1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung
membicarakan hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik
kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian
bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental
(pemikiran) manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam
adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang
anak-anak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan
satu peralatan konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal.[12][12]
Sebelum ini ada pandangan dari Von Humboldt yang tampak
tidak konsisten. Pada satu pihak Von Humboldt menyatakan keragaman
bahasa-bahasa di dunia ini mencerminkan adanya keragaman pandangan hidup
(weltanschauung); tetapi dipihak lain beliau berpendapat bahwa yang mendasari
tiap-tiap bahasa manusia adalah satu system- universal yang menggambarkan
keunikan intelek manusia. Karena itu, Von Humboldt juga sependapat dengan
pandangan rasionalis yang mengatakan bahwa bahasa tidaklah dipelajari oleh
anak-anak dan tidak pula di ajakan oleh ibu-ibu, melainkan tumbuh sendiri dari
dalam diri anak-anak itu dengan cara yang telah ditentukan lebih dahulu (oleh
alam) apabila keadaan-keadaan lingkungan yang sesuai terdapat.[13][13]
Pandangan Von Humboldt yang tidak konsisten itu dapat
diperjelas oleh teori Chomsky. Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan
rasionalis, bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama( karena didasari oleh
satu system yang universal) hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang di sebut
struktur-dalam(deep structure), pada tingkat luar atau struktur luar (surface
structure)bahasa-bahasa itu berbeda-beda.[14][14]
Hipotesis nurani berpendapat bahwa struktur-struktur dalam
bahasa adalah sama. Struktur dalam setiap bahasa bersifat otonom; dan karena
itu, tidak ada hubungannya dengan system kognisi (pemikiran) pada umunya
termasuk kecerdasan.[15][15]
Bagian akhir dari pembahasan pandangan Chomsky ini ada satu
teori yang penting untuk di pahami bahwa menurut teori transformasi generatif
tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen sintaksis,
semantic dan fonologis.[16][16]
Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep
struktur dalam dan struktur luar. Sebagaimana di sebutkan di awal bahwa maksud
struktur dalam adalah struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum
diucapkan. Sedangkan struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan
dan dapat didengar. Jadi, bersifat konkret. Menurut teori ini di dalam otak
kita terdapat satu peringkat reprensentasi yang abstrak untuk kalimat yang kita
lahirkan. Artinya, reprensentasi struktur dalam ini dihubungkan oleh
rumus-rumus transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu
kalimat-kalimat yang kita dengar atau yang kita lahirkan. Sebagai contoh :
1. Murid itu mudah diajar,
2. Murid itu senang diajar.
Kalimat
pertama dan kalimat kedua memiliki struktur luar yang sama, sebagai berikut :
Kalimat
ke-1
K→FN+FV
FN→N+art (Murid+itu)
FV→A+V (mudah+diajar)
|
Kalimat
ke-2
K→FN+FV
FN→N+art (murid+itu)
FV→A+V (senang+diajar)
|
Keterangan :
K = kalimat
FN = Frase
nominal
FV = Frase
kerja
A = Adjetiva
Art = Artikel
Dari kedua diagram di atas tampak bahwa struktur luar
kalimat pertama dan kalimat kedua adalah persis sama. Namun, kita sebagai
penutur bahasa Indonesia dapat merasakan bahwa yang mengalami sesuatu yang
menjadi akibat “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan. Pada kalimat
(1) yang mengalami sesuatu yang mudah adalah yang mengajar murid itu, yakni
guru. Sedangkan pada kalimat (2) yang merasa senang adalah murid, bukan yang
mengajar. Jadi, sebuah tata bahasa yang memadai harus mampu memberi keterangan
struktural mengapa kedua kalimat itu berbeda sebagai mana yang dirasakan oleh
penutur bahasa itu, oleh karena itu meskipun kalimat (1) dan kalimat (2)
memiliki struktur luar yang sama tetapi struktur dalamnya jauh berbeda.
Kedua contoh di atas menunjukan sebuah fakta yang sangat
penting mengenai bahasa manusia yang tidak dapat diterangkan oleh teori-teori
tradisional lain tentang hakikat tata bahasa. Fakta tersebut adalah adanya
struktur dalam yang tidak dapat kita amati secara langsung karena berada di
dalam otak.
a.
Komponen Sintaksis
Komponen sintaksis dalam aliran transformasi merupakan
komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan
komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang
membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen
sintaksis adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan
makna-maknanya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau
kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut
contohnya “Kuda itu menendang petani itu”, Setiap penutur bahasa Indonesia
dengan kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kalimat tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan
lengkap
2. Kalimat tersebut terdiri atas beberapa kata
3.
Dalam kalimat tersebut, kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah
sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang
berfungsi untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud.
4. Jika dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya
sebagai berikut:
- Kuda itu/ menendang petani (tidak
mungkin) ………. 1
- Kuda/ itu menendang petani itu (atau) ………. 2
- Kuda itu menendang/ petani itu ………. 3
Jadi
dapat disimpulkan, pertama setiap penutur bahasa Indonesia akan merasakan bahwa
kata yang pertama lebih natural bergabung dengan kata itu adalah kata kuda
daripada dengan kata menendang. Kemampuan
inilah yang disebut sebagai competence (kompetensi)
yaitu hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia.
Kedua, dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan
bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima
secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
b.
Komponen Semantik
Teori linguistik
transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada
beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain
(a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam
organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d)
konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan
sesudah kalimat yang menyertai kalimat
itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi
makan dan makan lagi menjadi
berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa
seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya
:
1. Gadis itu
sangat manis…. (bermakna ganda yaitu cantik&baik hati)
2. Gadis itu
sangat manis rupanya……… (bermakna cantik)
3. Gadis itu
sangat manis budinya……… (bermakna baik hati)
Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan
setiap kata memiliki filtur semantik (semantic
feature) dan penanda semantik (semantic
maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu.
Umpanya kata bapak memiliki
filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki},{+menikah}
{-beranak} dan kata ibu{+benda},{+konkret},{+manusia},{+dewasa},{-laki-laki},
{+menikah}{+beranak}. Perhatikan contoh kalimat berikut :
4. Ibu sedang hamil,
5. Bapak
sedang hamil.
Jadi,
jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki}
dan ibu {-laki-laki}, sehingga
kalimat ke (4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan
filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap
penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh
karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan
mana kalimat yang tidak berterima.
c.
Komponen Fonologi
Komponen fonologi
menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki
rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi
reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan
oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi,
segmen fonetik, atau dalam studi fonologi disebut fon. Semua hal ini dalam
fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya
kata [baran] dan [paran] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah
fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini
termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p]
adalah bunyi yang tidak bersuara.
Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu
peringkat-dalam dan peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari
representasi fonetik yang berada diperingkat luar. Kedua peringkat ini
dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya kata gerobak dalam bahasa Indonesia yang bentuk pada peringkat dalamnya
/ g robak/, tetapi dalam bentuk
peringkat luarnya seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gerobag].
Jadi, rumus fonologinya adalah : [k] [g][17][17]
Selanjutnya
akan dibahas mengenai Analisis Kalimat Transformasi Generatif adalah sebagai
berikut.
1. Kalimat “Ibu
membeli susu.”
1) Struktur
frasa
(i) K --- FN + FV
(ii) FV --- V + N
(iii) N --- ibu, susu
(iv) V --- membeli
|
K
FN+FV
(i)
FN+V+FN
(ii)
N+V+N
(iii)
ibu
+ membeli + susu (iv)
|
2) Pengembangan
a) Susu dibeli ibu.
b) Ibu sedang membeli susu.
c) Ibu membeli susu di toko.
d) Ibu yang membeli susu itu memasuki toko
2. Kalimat “Buku itu berwarna putih”
1) Struktur frasa
(i). K --- FN
+ FV
(ii). FN--- N+Pron
(iii) .FV ---- V + adj
(iv). N--- Buku
(v). V --- berwarna
(vi). Adj--- Putih
(vii). Pron--- itu
K (i)
FN
+ FV (ii)
FN
+ FV + adj (iii)
N
+ Det + V + adj (iv)
N
+ itu + V + putih (v)
buku
+ itu + V + putih (vi)
buku
+ itu + bewarna + putih (vii)
2) Pengembangan
a) Buku yang
dibeli adik berwarna putih.
b) Buku yang bewarna putih itu jatuh di lantai.
3. Kalimat “Sebuah Candi ditemukan di Nganjuk”
1)
Struktur frasa
(i). K--- K + Prep
(ii).K--- FN + V
(iii).FN--- N + N
(iv). F prep--- prep+N
(v). N--- Sebuah, Candi,
Nganjuk
(vi). V--- ditemukan
(vii). Prep --- di
K (i)
FN+FV (ii)
FN+V+FN (iii)
Det
+ N + V + Prep + N (iv)
Sebuah
+ candhi + V + di + Nganjuk (v)
Sebuah
+ candhi + ditemukan + di + Nganjuk (vi)
2) Pengembangan kalimat
a) Sebuah candi telah ditemukan di Nganjuk.
b) Ditemukan sebuah candi di Nganjuk.
c) Sebuah candhi yang
besar itu ditemukan di Nganjuk.
4. Kalimat “Bapak tidur
saat saya mandi”
Struktur
frasa
i. K--- K + F Adv
ii. K--- N+V
iii.F Adv--- konj + K
iv. N--- Bapak, saya
v. V--- tidur, mandi
vi.
Konj--- saat
K
FN+FV (i)
FN+V+konj+FN+V (ii)
N+V+konj+N+V (iii)
N+V+
saat+N+V (iv)
bapak
+ V + saat + saya + V (v)
bapak
+ tidur + saat + saya + mandi (vi)
2) Pengembangan
kalimat
a) Saat saya
mandi, bapak tidur.
b) Bapak telah
tidur saat saya mandi
D. CIRI-CIRI
TEORI GENERATIF TRANSFORMATIF
Ciri-ciri teori ini penulis kutip dari
Soeparno dan penulis jelaskan berdasarkan uraian diatas dengan mencari beberapa
referensi lain, dan ada beberapa hal yang menjadi ciri teori ini, ciri-ciri
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
paham mentalistik
Teori ini beranggapan
bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang tanggap semata, akan
tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan. Proses bahasa bukan sekedar
proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang di terima oleh
alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan didalam diri peserta bicara.
Oleh karena itu, teori ini sangat erat kaitannya dengan subdisiplin
Psikolinguistik
Noam Chomsky
menyerang dengan sangat tajam teori behaviorisme yang dimotori oleh skinner.
Menurut Chomsky tingkah laku manusia jauh lebih rumit daripada tingkah laku
binatang, tikus. Dengan kerumitan itu mustahil pemerian stimuli eksternal dan
respons mampu menentukan tingkah laku bahasa. Bagi Chomsky yang mampu memikul
tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuan bawaan. Spekulasi skinner
itu bersifat premature dalam arti berlaku pada tahap paling awal sebelum
seseorang atau anak memperoleh pengertian yang lebih baik dari system
linguistic yang dipelajarinya[18][18]
Setelah tahun 1960-an Chomsky membawa topic baru yang
disebut: Transformatif-generatif” dalam teori ini Chomsky mengunggulakan
language acquisition device (LAD) yang berfungsi sangat menetukan. Alat
pemerolehan bahasa ini menyebabkan anak memiliki kemampuan untuk membuat
hipotesis tentang struktur bahasa umum dan tentang bahasa yang sering
dipelajari secara khusus. Era baru ini yang diperkenalkan Chomsky tercatat
sebagai masa paradigmatic dalam dunia
linguistic.
2.
Bahasa
merupakan innate
Mereka beranggapan
dengan penuh keyakinan bahwa bahasa merupakan factor innate (warisan
keturunan). Apabila kaum strukturl dapat memberikan bukti bahwa bahasa
merupakan habit, maka kaum transformasi pun dapat membuktikan bahwa bahasa
bukan habit. Dalam kasus ini Chomsky pernah minta bantuan seorang rekannya ahli
bedah otak. Berkat bantuan rekannya itu dapat di buktikan bahwa struktur otak
manusia dengan struktur otak simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf
bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada struktur otak
simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara walaupun kadang-kadang
ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mandekati manusia.walaupun di
latih dengan metode drill and practice seribu kali sehari tidak akan mungkin
seekor simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukan
karena factor latihan atau kebiasaan melainkan karena factor warisan atau
innate.
Menurut pandangan
pendekatan-metode ini, bahasa merupakan fitrah bagi manusia yang tidak dimiliki
oleh makhluk-makhluk lainnya. Kemampuan memperoleh kemampuan berbahasa itu
telah tertanam dalam dirinya sejak lahir. Karena itu siapapun yang lahir di
lingkungan manusia tertentu, ia akan memperoleh bahasa lingkungannya itu, tanpa
melihat tingaktan pendidikan dan sosialnya, selama ia tidak mendapat hambatan
kuat, baik mental maupun fisik yang menghalanginya dalam mendengar, memahami,
dan menggunakannya. Maksud bahasa dari teori ini bukanlah perilaku yang
diperoleh dengan cara belajar, berlatih, dan praktik, seperti yang dipercayai
kaum behavioris, bahasa adalah fitrah akal yang merupakan pembawaan akal.[19][19]
3.
Bahasa
terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
Sebagaimana telah
disinggung di awal bahwa teori transformasional memisahkan bahasa atas dua
lapis, yakni deep structure (struktur dalam) dan surface structure (struktur
luar). Lapis dalam adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang
sesungguhnya/secara mentalistik, definisi lain dari struktur dalam -kalimat-
adalah pengetahuan tersembunyi yang dimiliki oleh penutur bahasa untuk mengatur
struktur kalimat, dan menentukan semua factor untuk memahami kalimat dan maknanya, karena
hubungan nurani antara tataran ini, jelas, dan ia dapat dimengerti[20][20].
Adapun lapis permukaan adalah wujud lahiriah bunyi yang diucapkan dan didengar
atau dibaca yang di transformasikan dari lapis batin, hal ini merupakan fase
akhir dari proses pembentukan kaidah dalam membuat kalimat setelah
mengaplikasikan kaidah-kaidah Transformatif tertentu atas struktur dalamnya.[21][21]
Sesungguhnya, langkah
menganalisis struktur dalam suatu kalimat bisa membantu memberikan
informasi-informasi kepada kita. Informasi ini akan membantu kita untuk dapat
memahami makna atau arti suatu kalimat yang susunan lahirnya mengandung lebih
dari satu makna, dan tidak mungkin menentukan salah-satunya tanpa menganalisis
struktur dalam bahasa. Misalnya, ucapan kita “kezaliman karyawan suatu
problem”, kita tidak bisa menetukan kalimat itu dari struktur lahirnya, apakah
karyawan yang melakukan tindakan kezaliman ataukah ia yang diperlakukan zalim
oleh orang lain. Dalam hal ini kita harus kembali pada konteks kalimat ketika
ia diucapkan oleh si penutur.
Hubungan antara
struktur dalam bahasa dan struktur luar bahasa, menentukan makna suatu kalimat.
Hubungan yang teratur denga perantara kaidah-kaidah transformasi itu, baik
secara paksa ataupun ikhtiar/memilih, berlangsung hingga ke struktur luar
bahasa. Hubungan kedua strukutr ini dinamakanlah transformasi, disebut pula
tata bahasa Transformatif maksudnya adalah proses produksi kalimat melalui
perantara kaidah-kaidah transformasi, yakni mengalihkan struktur dalam bahasa
kepada struktur luar bahasa, kemudian struktur luar bahasa itu dianalisis.[22][22]
4.
Bahasa
terdiri atas unsur kemampuan (competent) dan performansi
Linguistic competent
atau kemampuan linguistic adalah pengetahuan yang di miliki oleh seorang penutur
tentang bahasanya termasuk juga disini kemampuan seseorang untuk menguasai
kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya. Linguistic performance adalah
keterampilan seseorang dalam menggunakan bahasa, ia merupakan aplikasi
pengetahuan tersebut dalam memahami (listening), berbicara (speaking), dan
menulis (writing). Artinya kemampuan bahasa merupakan esensi akal yang
tersembunyi dibalik perbuatan berbahasa, sedangkan perbuatan berbahasa itu
sejatinya merupakan cerminannya, akan tetapi ada kalanya perbuatan bahasa itu
menyimpang dari pengetahuan ini karena sebab-sebab yang muncul, sepeti
kelelahan, sakit, salah ucap, atau salah tulis.[23][23]
Pada awal munculnya
kompetensi dan performansi itu orang segera mengkontraskannya dengan langue dan
parole dari de Saussure. Secara fundamental kompetnsi berbeda dengan
performansi. Kompetensi mengenai pengetahuna pembicara-pendengar terhadap
bahasanya, dan performansi ialah penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam
situasi yang konkrit.
5.
Analisis
bahasa bertolak pada kalimat
Kaum transformational
bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang tertinggi. Dari kalimat
analisisnya turun kepada frasa kemudian turun ke kata. Kalimat tersebut
diperluas menjadi struktur satuan yang lebih kecil dan berakhir dengan suatu
kombinasi antara unsur leksikal dan elemen gramatikal. Aliran ini tidak
mengakui adanya klausa.
6.
Bahasa
bersifat kreatif
Ciri ini merupakan
reaksi terhadap kaum structural yang fanatic terhadap standar keumuman. Bagi
kaum transformasial masalah umum atau tidak umum bukan persoalan. Yang paling
penting adalah kaidah, walaupun suatu
bentuk bahasa belum umum asal pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku,
maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikal.
Contoh:
a.
Sampah
telah menggunung di tepi jalan.
b.
Peluhnya
menganak sungai.
c. Sifatnya mengekor
kakaknya.
Kata menggunung terbentuk dari kata
gunung dan afiks meN- yang meberbermaksud menyerupai gunung, sama seperti kata
menganak dan mengekor. Hal ini terjadi karena afiks meN- bertemu dengan kata
nominal.Teori ini menekankan pentingnya bahasa kreatif-salah satu sifat dasar
bahasa manusia yang bersifat kolektif. Bahasa kreatif ini yang membedakan
dengan bentuk-bentuk komunikasi makhluk-makhluk lainnya.
Kreativitas dalm
bahasa yang dimaksud adalah kemampuan manusia penutur bahasa tertentu untuk
memahami unsur-unsur bahasa dalam bahasa itu, dalam jumlah tidak terbatas,
mengolahnya dan menetukan benar dan salahnya, walaupun ia tidak pernah
mendengar atau belajar mengucapkan sebelumnya. Chomsky mengisyaratkan bahwa
tujuan studi bahasa adalah sampainya seseorang pada pendiskripsian media
(bahasa) ini. Dengannya si penutur bahasa tertentu bisa menciptakan atau
menciptakan dengan daya kreasinya kalimat-kalimat baru dan memahaminya dengan
benar. Chomsky berkeyakinan bahwa yang banyak diucapkan oleh manusia adalah
kalimat-kalimat baru, ide-ide baru, dan dan tidak bisa dianggap sebagai
pengulangan terhadap apa yang pernah didengar sebelumnya.[25][25]
7.
Membedakan
kalimat inti dan kalimat transformasi
Kalimat inti adalah
kalimat yang belum di kenai kaidah transformasi sedangkan kalimat transformasi
adalah kalimat yang di kenai kaidah transformasi. Ciri-ciri dari kalimat inti
adalah : Lengkap, Simple, Aktif , Statemen, Positif, Runtut.
E. Aplikasi Transformatif-Generatif dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Dijelaskan oleh Teori
gramatika transformasi generative mempunyai tiga sendi utama, yaitu: Pertama,
kaidah struktur ungkapan, yaitu kaidah yang menjelaskan bahwa kalimat ungkapan itu
terstruktur dari ungkapan-ungkapan, sedangkan ungkapan-ungkapan itu terbentuk
dari kata-kata. Kedua, kaidah
transformasi, yaitu sejumlah aturan yang harus diterapkan secara ketat.
Sebagian kaidah itu bersifat keharusan (ijbariy/obligatori)
dan sebagian lagi bersifat pemilihan (ikhtiyariy/optional).
Ketiga,
kaaidah-kaidah morfologi bunyi, yaitu kaidah yang menetapkan bentuk akhir suatu
kata yang diucapkan atau ditulis. [26][26]
Dari teori di atas telah diketahui
teori Transformatif-Generatif dan beberapa penjabarannya. Dapat diterapkan
dalam pembelajaran Bahasa Arab, dalam hal ini pada pembelajaran Nahwu dan
Shorf. Dengan mengacu pada pola-pola transformasi kalimat yang dapat
dikembangkang melalui: [27][27]
1. Penghilangan/pembuangan
(al-hazf/delation)
seperti:
كتب أحمد درسا
جديدا← كتب أحمد درسا
2. Penempatan
(al-ihlal)
seperti:
الله سميع عليم predikatnya ditempati kata lain, sehingga
menjadi الله غفور رحيم
3. Perluasan
(al-ittisa)
seperti perluasan dengan sifat atau idhafah:
الجامعة مبشهورة menjadi الجامعة الكبيرة
مبشهورة
الباب مفتوح menjadi باب الفصل مفتوح
4.
Penyingkatan
(al-iktishar/reduction)
seperti:
رئس القرية جديد
menjadi
رئس
جديد
5. Penambahan
(az-ziyadah/additional)
yakni penambahan unsure baru dalam kalimat dengan struktur athfi seperti:
الطالب نشيط
menjadi الطالب والمدرس نشيطان
6. Pengulangan
urutan (i’adah
at-tartib/permutation) misalnya dengan merubah jumlah ismiyyah
menjadi jumlah
fi’liyyah atau sebaliknya, seperti:
يحضر الطلاب
menjadi الطلاب يحضرون
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Transformasi
generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi
struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi
(penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Tatabahasa itu terdiri dari tiga
buah komponen, yaitu komponen fonologis, sintaksis, dan semantik
Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928, meninggal pada umur 87 tahun. Sejarah Aliran
transformasi generatif dimulai dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul
Syntactic Structure pada tahun 1957.
Selanjutnya pada tahun 1965 munculnya lagi buku Chomsky dengan judul Aspect of The Theory of Syntax. Teori
dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi
dan diberi nama “Extended Standard
Theory”, lalu pada tahun 1975 direvisi lagi, dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”.
Terakhir direvisi lagi, dan diberi nama “government
and binding theory”. menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu
terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen sintaksis, semantic dan
fonologis
Ciri-ciri dari teori transformasi generatif adalah
Berdasarkan paham mentalistik, Bahasa merupakan innate, Bahasa terdiri atas
lapis dalam dan lapis permukaan, Bahasa terdiri atas unsur kemampuan
(competent) dan performansi, Analisis bahasa bertolak pada kalimat, Bahasa
bersifat kreatif, Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
Aplikasi teori Transformatif generative dalam pembelajaran
bahasa arab dapat menggunakan pola-pola: Penghilangan/pembuangan, Penempatan (al-ihlal),
Perluasan (al-ittisa),
Penyingkatan (al-iktishar/reduction),
Penambahan, Pengulangan urutan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007, Linguistic
Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pateda,
Mansoer . 2011, Linguistik Sebuah Pengantar , Bandung: Penerbit
Angkasa.
Aziz,
Abdul Bin Ibrahim El-Ushaili. 2009, Psikolinguistik
Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.
Pangaribuan, Tagor . 2008, Paradigma
Bahasa, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kushartanti,
dkk. 2005, Pesona Bahasa Langkah Awal
Memahami Linguistic, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 2003, Psikolinguistik-Kajian Teoritek, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Robins.
1992, Linguistik Umum Sebuah
Pengantar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hermawan,
Acep. 2014, Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Herasukses,https://herasukses.wordpress.com/2012/05/15/aplikasi-aliran-transformatif-generatif-dalam-pembelajaran-bahasa-arab-2.
Cintabahasa,http://cintabahasa13.blogspot.com/2014/01/aliran-transformasi-generatif-revisi.html
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/noam_chomsky.
Hirman_Sahapudin,_http://hirmansahapudin2.blogspot.co.id/2012/09/aliran-transformasi-generatif.html.
[1][1] Hirman Sahapudin
, http://hirmansahapudin2.blogspot.co.id/2012/09/aliran-transformasi-generatif.html
(Di Akses 8 Desember 2016).
an Sahapudin
, http://hirmansahapudin2.blogspot.co.id/2012/09/aliran-transformasi-generatif.html
(Di Akses 8 Desember 2016).
[6][6] Abdul Aziz Bin Ibrahim El-Ushaili, Psikolinguistik
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009), hal. 71
[8][8] Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa
Langkah Awal Memahami Linguistic, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2005), hal. 216
[9][9] Abdul Chaer, Psikolinguistik-Kajian
Teoritek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) Cet. 1, hal. 57
[17][17] Hirman Sahapudin,S.Pd.M.Pd, http://hirmansahapudin2.blogspot.co.id/2012/09/aliran-transformasi-generatif.html (di akses 8 Desember 2016)
[18][18] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2014), Cet 4,
hal. 51
[27][27] Herasukses, https://herasukses.wordpress.com/2012/05/15/aplikasi-aliran-transformatif-generatif-dalam-pembelajaran-bahasa-arab-2
(di akses 8 desember 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar