Selasa, 27 Desember 2016

Kalimat bijak para sufi abad 20


Semoga bermanfaat.

1.Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah diingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima juta ucapan-ucapan (dzikir) lisan. Itulah dzikir hati.

Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua yang terhubung ke jantung. Jika Nama Allah diucapkan bahkan sekali saja (dengan hati) maka semua yang mengalir mengucapkan juga.
3.Allah Swt. telah menciptakan neraka untuk musuh-musuh Rasulullah Saw, dan surga diciptakan bagi mereka yang mencintainya. Orang-orang yang khawatir tentang apakah mereka akan pergi ke Surga atau Neraka setelah mati, harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka pecinta Sang Kekasih Rasul Saw, atau justru jadi musuh-musuhnya.
4.“Kullu jadiidin

Ulama Aswaja

Ulama luar biasa, Semoga bisa bertemu baik dalam mimpi maupun jaga.











InsyaAllah Berkah

kegiatan ma'had dan kampus, semoga berkah.

























Guru Zuhdianor-Namimah


Buya yahya- Wanita buklan untuk dipamerkan


Buya Yahya- hati-hati penyesatan akidah


Buya Yahya- Tentang akidah yang benar


Buya Yahya-Hukum mengucapkan selamat Natal


Kamis, 22 Desember 2016

Menerjemahkan teks yang mengandung Maful bih, mutlaq, dan Liajlih

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat AllahSwt. Rabb yang Maha kuasa dengan kasih dan sayang-Nya, berkat rahmat dan kuasa-Nya yang memberikan jalan untuk menyelesaikan Makalah Tarjamah B yang membahas Analisis maf’ul bih, maf’ul muthlaq, dan maf’ul liajlih ini dan tidak lupa pula shalawat serta salam selalu terhaturkan kepada nabi junjungan kita nabi yang begitu mulia nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir jaman.
Penyusunan Makalah ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan Makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Semoga Makalah Tarjamah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Wacana teks

كَانَ في بَغْدَاد رَجلٌ اسمُه أَبُو القَاسِم, وَكَان لَه حِذَاءٌ ظَلَّ يَلْبَسُه سَبعَ سِنينَ.ذَاتَ يَومٍ ذَهبَ اَبو القَاسِم اِلَى حَمَّامٍ عَامِّ لِيَغتَسِلَ. فقَال لَه أَحدُ اَصدِقَائهِ : "يَا ابَا القَاسِم، لَيتَكَ تَتَخَلَّصُ مِنْ حِذَائِكَ هَذَا، فَاُنتَ ذُومَالٍ". فَقال لَه اَبو القَاسِم : الحَقُّ مَعكَ، سَأَشْتَرِيْ حِذَاءً جَدِيْدًا بإذْنِ الله. وَلماَّ خَرَجَ مِن الحَمَّامِ ، ولَبِسَ ثِيَابَهُ . رَأَى بِجَانبِ حِذائِهِ حِذَاءً اَخَرَ جَديدًا، فَظنَّ أَنَّ الرَّجُلَ اِشْتَرَاهُ لَهُ ،فَلبِسَهُ ومَضَى إلى بَيتِه. وكان ذَلِكَ الحِذَاءُ القَاضِيْ.وقَدْ جَاء في ذَلكَ اليَومِ إلى الحَمامِ، ووَضَعَ حِذَاءَه هُناكَ ودَخَلَ وَ يَسْتَحِمَّ.فلمَّا خَرجَ بَحَثَ عَن حِذَائِهِ فَلَم يَجِدْهُ. فقال : لَا بُدَّ لِمَن لَبِسَ حِذَائِي أَنْ يَكُونَ قَد تَرَكَ حِذَاءَهُ . وَفَتَّشُوْا فَلَم يَجِدُوا غَيْرَ حِذاءِ أبِي القَاسِمِ فَعَرَفُوْهُ، فَأرْسَل القَاضِي خَدَمَهُ إلى البَيتِ أبيْ القَاسِم، فَوجَدُوا الحِذَاءَ عِنْدَهُ. فَأَحْضَرُوهُ لِلقَاضِي ، وَضَرَبَهُ تَأْدِيبًا لَهُ، وَحَبَسَهُ مُدَّةً وَغَرَّمَهُ بَعضَ المالِ وَ أَطلَقَ سَرَاحَهُ. ) وبعض النص من الموضوع خذاءُ أبي القاسم)

(وبعض النص من الموضوع "الحضارة الاسلامية في أسبنيا"...)
لَقَدْ اِستَقبَلَتْ أَسْبَنيًا أُولَئِكَ المسْلِمِينَ الَّذينَ قَدِمُوا إلَيهَا مِنَ القَارَّةِ الْاَفْرِقِيَّةِ إِسْتِقْبَالًاحَسَنًا، وَسَلَّمَتُهُمُ القُرَى قِيَادَتَهَا بِغَيرِ مُقَاوَمَةِ وَلَاعَدَاءٍ. فَمَا هُوَ اِلاَّ أَن تَقْتَرِبَ مَجْمُوعَةٌ مِنَ العَرَبِ مِنْ إِحْدَى القُرَى حَتَّى تَفْتَحَ لَهَا الأَبْوَابَ وَتَتَلَقَّاهَا بِالتِّرْحَابِ، لَمْ يَكُنْ فَتحًا فُرِضَ عَلَى النَّاسِ بِرَهْبَةِ السِّلَاحِ بَلْ حَضَارَةٌ جَدِيدَةٌ بَسَطَتْ أَيْدِيَهَا عَلَى جَمِيْعِ مُرَافِقِ الْحَيَاةِ بَسْطًا . كَانَتْ غَزَوَةَ تَمْدُيْنٍ وَلَمْ تَكُنْ غَزَوَةَ قَتْلٍ وَتَخْرِيْبٍ.

)  وبعض النص من الموضوع مَساجدُ الإسلامِ والمسلمينَ في مختلفِ العُصور(
المساخدُ بيوتُ اللهِ سبحانه, يبنيها العبادُ للتعبيرِ عن شكرِهم للّه, وللا ستزادةِ من فضل. وكلُّ مكان نظيفٍ يخصَّص الصلاةِ فهو مسجد, ولا يشترط في المسجد بناءٌ عظيمٌ. و من احاديث الرسولِ (ص): ((جعلت لي الأرضُ مسجدا و طهورا)) ولا ضرورة للجدران, فقد أتخذ المسلمون في الأجيال الأولى مساجد هي قطَعٌ من الأرض فصلوهاعن غيرها بخندق محافظةً عليها من مرور الناسِ فيها دون طهارة, وَخشيةَ دخول الحيواناتِ إليها.

B.     Terjemah

Dahulu di kota Baghdad, ada seseorang yang bernama “Abu Qasim”, dan dia mempunyai sepatu yang selalu dipakainya selama 7 tahun. Pada suatu hari ,Abu qasim pergi ke pemandian umum untuk mencuci, maka salah satu temannya berkata kepadanya :” wahai abu qasim semoga kamu terlepas dari sepatumu (melepaskan sepatumu), sesungguhnya kamu punya banyak harta”, Lalu berkata Abu qasim kepada temannya :” kamu benar, aku akan membeli sepatu yang baru dengan izin allah”. Dan mana kala dia keluar dari kamar mandi, dan mengenakan pakaiannya, dia melihat disamping sepatunya ada sepatu lain yang masih baru, maka dia menyangka bahwa temannya yang membelikan sepatu itu untuknya, maka dia memakai sepatu tersebut dan pulang kerumahnya. Sebenarnya sepatu itu adalah sepatu si Hakim,Sungguh dia datang pada hari itu juga ke kamar mandi, dan meletakkan sepatunya disana , lalu dia masuk dan mandi. Saat dia keluar dia mencari sepatunya tetapi tidak menemukannya. Berkata si Hakim :”pasti ada orang yang memakai sepatuku ,bahwasanya dia meninggalkan sepatunya” maka para pelayan hakim memeriksa kembali akan tetapi tetap tidak menemukannya selain sepatu abu qasim yang mereka mengenalinya. Maka si Hakim mengutus  pelayannya ke rumah Abu qasim, maka mereka menemukan sepatu si Hakim ada disisinya. Maka para pelayan membawa abu qasim ke hadapan si Hakim, lalu dia memukul abu qasim sebagai pembelajaran untuknya, dan hakim memenjarakannya beberapa waktu, lalu dia membayar denda dan kemudian dia bebas.
(Dan dari sebagian teks yang berjudul “Peradaban islam di spanyol”...)
Orang-orang Spanyol telah menyambut orang-orang islam yang datang kepada mereka dari benua Afrika dengan sambutan yang baik. Dan mereka menyerahkan kepemimpinan dari salah-satu desa tanpa perlawanan dan permusuhan. Maka hal itu terjadi atas orang islam dari arab mendatangi salah satu desa, hingga terbukalah pintu orang-orang Spanyol dan menerima dengan baik, yang tidak ada terjadi penaklukan terhadap orang-orang Spanyol dengan cara teror, tetapi dengan cara peradaban yang baru menyebarkan pengaruhnya kepada semua aspek kehidupan.

(Dan dari sebagian teks yang berjudul” Mesjid-mesjid islam dan kaum muslimin dalam beberapa masa)
Mesjid adalah rumah AllahSWT, membangunnya merupakan pengabdian untuk mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Allah. Dan untuk menambah kebanggaan. Dan setiap tempat yang berfungsi khusus untuk sholat maka dia adalah mesjid, dan tidak menyaratkan mesjid itu dibangun megah, hadis Rasulullah SAW : ((dijadikan untukku bumi sebagai tempat sujud dan bersuci)). Dan tidak perlu ada dinding, maka sungguh kaum muslimin menggunakan bumi pada waktu dahulu sebagai masjid-mesjid, maka mereka sholat diatasnya, selain itu mereka membuat galian pemeliharaan dari lintasan orang-orang di dalamnya tanpa keadaan suci, dan untuk menjaga kekhawatiran masuk hewan-hewan di tempat itu.



C.     Analisis Qawaid

1.    سَأَشْتَرِيْ حِذَاءً                  = مفعول به
2.      ولَبِسَ ثِيَابَهُ                      = مفعول به
3.      رَأَى بِجَانبِ حِذائِهِ حِذَاءً       = مفعول به
4.      اِشْتَرَاهُ                           = مفعول به
5.      فَلبِسَهُ                            = مفعول به
6.      وَضَعَ حِذَاءَه                     = مفعول به
7.      فَلَم يَجِدْهُ.                      = مفعول به
8.      قَد تَرَكَ حِذَاءَهُ                  = مفعول به
9.      فَعَرَفُوْهُ                           = مفعول به
10.  فَوجَدُوا الحِذَاءَ عِنْدَهُ            = مفعول به
11.  فَأَحْضَرُوهُ                       = مفعول به
12.  وَحَبَسَهُ                          = مفعول به
13.  وَضَرَبَهُ تَأْدِيبًا لَهُ                 = مفعول لأجله
14.   يبنيها العبادُ للتعبيرِ             = مفعول لأجله
15.  فصلوهاعن غيرها بخندق محافظةً عليها من مرور الناسِ فيها دون طهارة, وَخشيةَ
     = مفعول لأجله
16.  لَقَدْ اِستَقبَلَتْ أَسْبَنيًا أُولَئِكَ المسْلِمِينَ الَّذينَ قَدِمُوا إلَيهَا مِنَ القَارَّةِ الْاَفْرِقِيَّةِ إِسْتِقْبَالًاحَسَنًا                   = مفعول مطلق
17.  بَسَطَتْ أَيْدِيَهَا عَلَى جَمِيْعِ مُرَافِقِ الْحَيَاةِ بَسْطًا              = مفعول مطلق

 mohon kritik dan saran perbaikan....


EVALUASI PENDIDIKAN (TAQWIM)


Makalah evaluasi pendidikan ini penulis susun pada awal semester 5, membahas penilaian ranah afekstif atau akhlak, Semoga bermanfaat...





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab, evaluasi hasil belajar merupakan salah satu aspek pokok yang tidak dapat dipisahkan dari aspek pokok lainnya. Evaluasi adalah bagian integral dari pembelajaran. Semua kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang akan menentukan suksesnya sebuah pembelajaran, dalam sasaran evaluasi ada tiga aspek yang dinilai, pertama ranah kognitif, kedua ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Oleh karena itu perlu kita memahami bagaimana penilaian aspek-aspek tersebut, namun dalam makalah ini hanya terbatas pada ranah afektif
.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penilaian kompetensi sikap (ranah afektif) dan bentuk instrumen non tes bahasa arab?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk memahami Bagaimana penilaian kompetensi sikap (ranah afektif) dan bentuk instrumen non tes bahasa arab










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penilaian Kompetensi Sikap (Ranah Afektif)
Penilaian   (judgement   atau  valuing)   adalah   suatu   proses   untuk   mengambil   keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes, atau penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran yang bersifat kualitatif.Hasil penilaian biasanya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya[1]
Ranah afektif (الناحية الوقفية berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif yang tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social.[2].
Selain itu ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku; seperti: perhatiannya terhadap pelajaran pendidikan islam , kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama disekolah[3]. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus trampak dalam proses belajar  dan hasil belajar yang dicapai siswa, oleh karena itu penting dinilai hasil-hasilnya.
Ada beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek.
1.      Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gelaja, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar[4]. Kata-kata kerja operasional untuk merumuskan yang mengukur jenjang kemampuan dalam ranah afektif adalah: Menerima (receiving), menanyakan, menjawab, membuat, memilih, mengidentifikasikan, mengikuti, menyeleksi, menggunakan dan sebagainya.[5]
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini : peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan.[6]

2.      Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepadanya.[7]. kata kerja operasional yang digunakan : menjawab, melakukan, menulis, berbuat, menceritakan, membantu, mendiskusikan, melaksanakan, mengemukakan,melaporkan, dan sebagainya.[8]
Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, penguasaan bahasa arab.[9]
3.      Valuing  (penilaian), jenjang ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam stimulus ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.[10]. kata kerja yang digunakan: menerangkan, membedakan, memilih, mempelajari, mengusulkan,menggambar, menggabung, mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca, dsb.[11]
Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.[12]
4.      Organisasi, yakni perkembangan dari nilai kedalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi tentang nilai, organisai system nilai, dll.[13]. Kata kerja operasional: mengorganisasi, menyiapkan, mengatur, mengubah, membandingkan, mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun, memadukan,menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan, menyatukan, mengenaralisasi.[14]
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini adalah mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintah.[15]

5.      Karakteristik  nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.[16]. Kata kerja operasiopnal : menggunakan, mempengaruhi,memodifikasi, mengusulkan, menerapkan, memecahkan, bertindak, mendengarkan, mengusulkan,menyuruh, membenarkan.[17]
Contoh hasil belajar afektif jenjang ini siswa talah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah yang tertera dalam al-Qur’an surah Al-ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan.[18]  
Telah disebutkan diatas bahwa ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yakni receiving (menerima), responding (menjawab), valuing (menilai), organization (organisasi), dan karakteristik.



B.     Bentuk Instrumen Non Tes  (Wasa’il gair al-Ikhtibariyah)
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik, minat, sifat, dan kepribadian. Melalui :
1.      Pengamatan (observasi) ((التأمل
Yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan atas perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas. Pada umumnya digunakan untuk memperoleh data perilaku individu atau proses kegiatan tertentu yang dapat diamati, misalnya tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah laku guru pada saat mengajar, kegiatan diskusi siswa, dll.[19]
2.      Skala (skala penilaian, skala sikap)
Skala ini digunakan untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian, digunakan untuk mengungkap sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa. Untuk menilai aspek afektif biasa digunakan skala sikap dan skala minat.[20]
3.      Catatan harian
Yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang punya kaitan dengan perkembangan pribadinya, dan daftar cek, yaitu suatu daftar yang digunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.[21]
4.      Studi kasus
Mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu, misalanya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang selalu gagal belajar, atau anak pandai, dll.
5.      Sosiometri
Dengan tekhnik ini dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain, misalnya diketahui siswa yang terisolir dari teman-tameannya, siswa yang paling disenangi teman-temannya, siswa yang akrab dengan beberapa siswa tertentu, manfaat mengatahui posisi tersebut adalah untuk memudahkan pengelompokan siswa, organisasi kelas, pemberian tugas belajar secara kelmpok, dll.[22]
6.      Wawancara ( (الحؤارdan kuesionir/angket    ( إستفتاء (
Digunakan sebagai untuk mengetaui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. Ada dua cara yang bias kita lakukan, yakni bila pertanyaan diajukan kepada siswa dijawab secara lisan, maka csara ini disebut wawancara, namun bila dijawab secara tertulis disebut kuesionir.
Contoh pertanyaan :
Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?
Bagaiman cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?, dst. Adapun kuesionir lebih praktis, biasanya tersedia alternative jawaban.[23]
Diantara contoh kuesioner adalah sebagai berikut :
Kuesioner bentuk pilihan ganda untuk mengungkapkan hasil belajar ranah afektif (Kurikulum dan GBPP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Tahun 1994)[24]
1.      Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusu’ dalam menjalankan ibadah sholat, saya :      
a. Merasa tidah harus meniru mereka.                 
b. Merasa belum pernah memikirkan untuk sholat dengan rajin dan khusu’    
c. Merasa ingin seperti mereka, tetapi terasa masih sulit.                                                                  
d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusu’        
e. Merasa iri hati dan ingin seperti mereka
2.      ……………. ………………dan seterusnya………………………….



Instrumen untuk mengungkap aspek Afektif
Ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur yaitu sikap dan minat pada pembelajaran yang digunakan, hanya sikap minat terhadap pelajaran, karena keduanya ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebagai contoh antara lain untuk mengungkap siswa dan minat siswa terhadap pelajaran “Bahasa Arab” seperti dibawah ini. Contoh instrument untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran Bahasa Arab:
Berilah tanda “dibawah SS jika sangat setuju, S jika setuju, E jika ragu-agu, TS jika tidak setuju dan STS jika sangat tidak setuju.

NO
Pernyataan
SS
S
E
TS
STS
1
Bahasa arab membuat saya berfikir logis, sistematis dan tepat





2
Saya tertarik dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan bahasa arab





3
Bahasa arab adalah pelajaran yang menyenangkan






Contoh soal utnuk mengungkap minat siswa terhadap pelajaran bahasa arab
Berilah tanda “dibawah SS jika sangat setuju, S jika setuju, E jika ragu-agu, TS jika tidak setuju dan STS jika sangat tidak setuju.

NO
Pernyataan
SS
S
E
TS
STS
1
Dalam waktu senggang saya mengerjakan permainan bahasa arab





2
Saya merasa pelajaran bahasa arab menyenangkan





3
Waktu belajar yang tersedia hampir sebagian besar saya gunakan untuk belajar bahasa arab







Contoh selanjutnya:
Petunjuk:
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan tentang bagaimana kepuasan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Silahkan anda memberi lingkaran pada alternative jawaban yang telah disediakan.
1.      Berapa besar antusiasme anda terhadap mata pelajaran bahasa arab?
a.       Saya benci terhadap mata pelajaran bahasa arab.
b.      Saya sangat antusias.
c.       Saya tidak menyukainya.
d.      Saya menyukainya.
e.       Sedang-sedang saja.
2.      Bagaimana pendapat anda tentang mata pelajaran bahasa arab?
a.       Saya akan memilih bahasa asing yang lain.
b.      Saya ingin pindah sekolah.
c.       Saya ingin pindah sekolah jika saya memperoleh prestasi kurang baik.
d.      Saya senang dengan pelajaran bahasa arab.
3.      Bagaimana perasaan anda terhadap mata pelajaran bahasa arab jika dibandingkan dengan perasaan orang lain?
a.       Tidak seorangpun yang menyenanginya lebih daripada saya.
b.      Saya lebih menyenanginya daripada orang lain.
c.       Saya menyenanginya sama seperti orang lain.
d.      Saya tidak menyenanginya sama seperti orang lain.
e.       Tidak seorangpun yang menyenanginya.[25]
Komponen non tes yang digunakan untuk mengungkap aspek afektif  juga mempunyai  andil dalam menentukan keberhasilan siswa, siswa yang mempunyai sikap positif terhadap pelajaran yang dipelajari akan mempengaruhi hasil belajar, sehingga prestasi belajar siswa meningkat, sebaliknya bila sikap siswa terhadap pelajaran negatif akan mengakibatkan prestasi belajar akan menurun.[26]


Pengukuran afektif
Penskoran ranah afektif umumnya dibuat dalam bentuk skala bertingkat, misalnya dengan rentang 5-1 atau 1-5 tergantung arah pernyataan/pertanyaan. Misalnya jawaban sangat setuju diberi skor 5, sedangkan sangat tidak setuju 1, skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan.
Jika pertanyaan itu berjumlah 10 butir, kemungkinan skor tertinggi seorang siswa adalah 50 (5x10) dan terendah (1x10). Jika ditafsirkan ke dalam lima kategori seperi pernyataan yang diberikan, skor 10 berarti sangat tidak senang, 11-20 kurang senang, 21-30 biasa-biasa saja, 31-40 senang, 41-50 sangat senang.
Pemberian skor untuk ranah afektif umumnya menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5, berarti bila menggunakan 20 butir pernyataan/pertanyaan maka akan dihasilkan skor  maksimum 100 dan skor minimum 20.
Bila digunakan kategori sebagai berikut:
Skor
Kriteria
0-20
Tidak berminat
20-40
Kurang berminat
41-60
Cukup berminat
61-80
Berminat
81-100
Sangat berminat

Apabila seorang siswa menjawab pertanyaan suatu angket berkaitan dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa arab memperoleh skor 90, berarti siswa tersebut sangat berminat terhadap pelajaran bahasa arab.[27]



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian diatas bahwa penilaian kompetensi sikap (Ranah afektif)  adalah penilaian yang berkenaan dengan sikap dan nilai, adapun hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku. Dan ada beberapa jenjang kemampuan dalam ranah ini, yakni receiving (menerima), responding (menjawab), valuing (menilai), organization (organisasi), dan karakteristik. Cara penilaiannya dapat digunakan bentuk instrumen non tes berupa observasi, skala sikap, catatan harian, studi kasus, sosiometri, wawancara, dan kuesionir, dll.















DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.      

Fakhrurrazi, Aziz dan Erta Mahyudin.2012. Pembelajaran Bahasa Arab.Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

Sudjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arifin,Zaenal.2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Asep Jihad Dan Abdul Haris, 2012. Evaluasi Pembelajran, Yogyakarta: Multi Pressindo.

Ramli, Muhammad, 2007. Evaluasi Pendidikan, (Banjarmasin)


[1] Aziz Fakhrurrazi Dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab,(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, 2012), h. 425-426.
[2] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1990), h. 29-30
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet, Ke-10, Januari 2011) h. 54
[4] Nana Sudjana, h. 30.
[5] Muhammad Ramli, Evaluasi Pendidikan, (Banjarmasin,  2007) h. 118-120
[6] Anas Sudijon, h. 55
[7] Nana Sudjana, h. 30.
[8] Muhammad Ramli, h. 118-120.
[9] Anas Sudijono, h. 55
[10] Nana Sudjana, h. 30.
[11] Muhammad Ramli, h. 118-120.
[12] Anas Sudijono, h. 55
[13] Nana Sudjana, h. 30.
[14] Muhammad Ramli, h. 118-120.
[15] Anas Sudijono, h. 56
[16] Nana Sudjana,h. 29-30
[17] Muhammad Ramli, h. 118-120
[18] Anas Sudijono,  h. 56                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
[19] Nana Sudjana, h. 84
[20] Nana Sudjana, h. 67
[21] Asep Jihad Dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet.1, 2012) h. 69-67.
[22] Nana Sudjana, h. 99
[23] Nana Sudjana, h. 67-68
[24] Anas Sudijono,  h. 85
[25] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departmen Agama Repubil Indonesia, 2009), h. 153
[26] Asep Jihad Dan Abdul Haris, h. 84-86
[27] Asep Jihad Dan Abdul Haris, h. 88-89